Mungkin saya salah satu Kompasianer yang unik para sahabat sekalian. Mengapa? Ada beberapa alasan. Karena saya termasuk Kompasianer yang bergabung pada tahun 2010, saat Kompasiana baru berusia 2 tahun didirikan Sang Founder, Kang Pepih Nugraha. Jadi saya ingat dimasa masa awal, bahwa salah satu kategori yang paling ramai adalah Agama, Sangat ramai, sangat seru, sampai suatu saat kategori itu dibuang, karena sengitnya perdebatan tulisan pada kategori ini. Ada seorang Kompasianer dari Sumatra Barat yang bernama Erianto Anas, yang menjadi tokoh dalam kategori Agama dan juga kategori Humaniora. Erianto Anas seingat saya beberapa kali diberi peringatan, sampai suatu saat dikeluarkan dari Kompasiana.
Teman teman yang masuk tahun 2009, 2010, 2011, 2012 saya lihat sudah tidak banyak lagi yang bertahan, mungkin karena sudah banyak yang berhasil pada bidang yang lain. Tapi masih ada juga beberapa yang masih bertahan sampai sekarang walaupun menulisnya tidak seaktif dulu. Beberapa sahabat Kompasianer yang masih aktif adalah, Katedrarajawen, Mbah Ukik, Sutomo Paguci, dan tentu saja Kompasianer yang menjadi idola kita semua Sang Maestro Tjiptadinata Efendi.
Kembali kepada keunikan, saya saat ini tercatat mempunyai 2 (dua) akun di Kompasiana. Dengan nama yang sama. Namun hanya satu akun yang aktif, dan satunya pasif. Bagaimana ceritanya koq bisa mempunyai 2 akun? Mungkin teman teman bertanya seperti itu. Begini cerita saya...
Saya akui bukanlah Kompasianer yang aktif dan konsisten, serta hebat dalam menulis. Pasang surut keaktifan saya dalam menulis, atau ada musim musiman. Kadang kadang bisa sampai 2 tahun sama sekali tidak berkunjung ke Kompasiana. Karena alasan klasik sibuk dalam pekerjaan. Nah saat saya tidak hadir ternyata Kompasiana yang sedang bertumbuh mengalami banyak penyesuaian system.
Akun lama Analgin Ginting. Sumber Photo Kompasiana.com
Pada suatu saat, saya bahkan mengalami kebingungan bagaimana caranya login ke Kompasiana Karena sistem masuknya sudah sangat berbeda, bahkan kita harus mendaftar dulu dengan memberikan data data terbaru kita. Pada saat yang sama, akun email yang saya pakai untuk mendaftar Kompasiana dibajak orang lain, sehingga saya sendiri tidak bisa masuk lagi ke akun tesbut.
Lalu saya mulai ikuti arahan dari admin tentang cara login. Termasuk dengan merubah password Kompasiana. Namun password baru itu harus didaftakan dari akun email lama yang sudah tidak bisa saya buka. Akhirnya, karena admin Kompasiana hanya bisa mengirimkan password ke email yang lama, yang tetap tidak bisa saya buka maka saya tetap kesulitan untuk ke Kompasiana. Saat terakhir saya bisa masuk ke akun lama pada bulan Juni 2021.
Pada bulan Juni 2021 saya diminta kembali untuk memperbaharui data data saya. Dan Ketika saya memdaftarkan alamat email yang baru ternyata ditolak oleh system Kompasiana. Sehingga akun Kompasiana yang lama sudah tidak bisa pakai lagi. Maka pada bulan September 2021 saya buat akun Kompasiana yang baru. Saya lalu menulis di akun Kompasiana yang baru, sedangkan akun Kompasiana yang lama tidak bisa lagi saya masuki.