Lihat ke Halaman Asli

Analgin Ginting

Saya seorang pencinta kemanusiaan, suka berbagi untuk kebaikan bersama

Membuat Lingkungan Hijau di Mutiara Gading Timur Bekasi Sulit

Diperbarui: 26 Februari 2022   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sisa tanah yang dibiarkan tanaman pohon angsana sekarang sangat asri, Situasi  Ferbuari 2022. Sumber: Dokumen Pribadi 

Saya menyesali salah keputusan yang dibuat dibuat oleh managemen pengembang Mutiara Gading Timur di Bekasi. Sebidang tanah kosong yang terletak di tengah kompleks perumahan ini pada awalnya dibiarkan  terbuka. Lalu pada tahun 2010 saya melihat pada bidang tanah yang terbuka itu (ada  beberapa bidang tanah pada tahun itu  masih kosong), yang luas nya antara 1 ha sd 3 ha ditanami pohon kayu seperti angsana.

Melihat bahwa tanah ini ditanami pohon angsana, saya yang tinggal di Griya Timur Indah bersebelahan dengan Mutiara Gading Timur dengan pengembang yang sama, merasa sangat bersyukur sekali. 

Pada tahun 2010 itu saya membuat tulisan di blog saya katmospir, isinya berupa apresiasi dan harapan agar tanah yang sudah ditanami pohon angsana ini dibiarkan terus, sehingga kelak menjadi "paru paru" di komplek perumahan ini. 

Namun beberapa waktu kemudian, kalau saya tidak salah sekitar tahun 2012/2013 pada sebagian dari bidang tanah yang sudah ditanami pohon angsana itu dibangunlah sebuah bangunan yang cukup besar, yang total luasnya lebih kurang 1 sd 1,5 ha.  Pohon angsana yang sudah mulai bertunas tentu saja terhimpit, karena alat alat dan bahan bahan bangunan diletakkan disitu. 

Dimulailah pembangunan dan selesai sekitar awal tahun 2014 (ini perkiraan berdasarkan daya ingat saya) dan seluruh pohon angsana yang sudah ditanam sebelumnya, mati. 

Namun masih ada bidang tanah yang lain yang luasnya sekitar 2 ha tetap dibiarkan sampai sekarang dan di tanah itu tumbuhlah pohon kayu dan tumbuhan semak lain yang melahirkan nuansa hutan dan memberikan kesejukan dan kesegaran. Dan saat sekarang ini  sekeliling hutan kecil dan bangunan yang sudah dibangun namun sudah  kosong  melompong itu menjadi tempat warga berolahraga berjalan kaki.

Bangunan apa yang dibangun? Ternyata bangunan yang dibangun adalah toko besar yang dipakai oleh hypermarket Giant pada saat itu. Namun sejak akhir 2020 atau awal 2021 Giant tersebut bangkrut dan tutup. Jadilah bangunan itu kosong, terbengkalai, merusak pemandangan dan luas "hutan" yang ada tinggal sedikit.

Sebuah keputusan yang salah.  Giant sudah tutup diseluruh Indonesia. Kalah bersaing dengan Hypermarket lain. Meninggalkan bangunan kosong, meninggalkan tanah yang tidak elok dari sisi pemandangan.

Tadi pagi saat berjalan kaki mengitari tempat ini, dalam perenungan  saya muncul lah pertanyaan, apakah dalam benak para pimpinan pengembang harus profit/keuntungan yang dinomor satukan? Haruskah keuntungan yang menjadi prioritas termasuk dengan mengorbankan lingkungan, mengorbankan keindahan, kesejukan, dan kesegaran yang bisa diperoleh dan dirasakan oleh konsumennya?

Memang sejak lama sudah terjadi perdebatan dalam hal ini.  Saya membaca sebuah artikel yang diterbitkan Harvard Business Review di mana dilaporkan satu opini bahwa bisnis yang memperhatikan lingkungan tapi tetap mengharapkan keuntungan tidak realistis.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline