Lihat ke Halaman Asli

Kemah Konservasi VI Pecinta Alam Gorontalo

Diperbarui: 29 September 2015   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pecinta Alam bukanlah mereka yang yang telah meniti atap-atap dunia, bukan mereka yang berhasil melakukan ekpedisi yang berbahaya, bukan pula mereka yang ahli dalam mendaki. Tetapi mereka juga harus mau menjaga kebersihan lingkungan disekitarnya, dimana mereka berada.

Dihadiri kurang lebih 100 peserta pecinta alam gorontalo, yang terdiri dari berbagai organisasi kemahasiwaaan, kelompok, dan instansi disetiap daerahnya. Kemah konservasi 2015 yang diselenggarakan oleh mapala Zhigring Universitas Ichsan Gorontalo dengan tema : ''Meningkatkan kesadaran  generasi muda untuk melestarikan alam dibumi Hulonthalo", merupakan bentuk kegiatan rutin pecinta alam gorontalo tiap tahunnya.

Sebelum mengikuti kegiatan ini, saya sempat berbincang-bincang dengan saudara Fandri Karim mantan ketua umum Mapala Alaska FT Universitas Negri Gorontalo tahun 2012 s/d 2014 tentang kegiatan ini. Beliau mengatakan bahwa : "kemah konservasi ini, rutin tiap tahun diadakan sebagai bentuk mempererat hubungan antara sesama pecinta alam dalam membangun konsep mental dan perilaku yang bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungan". 

Sabtu (26/09/2015), pukul 19.30 wita saya dan beberapa rekan pecinta alam diantaranya : Satrio, Alan, Ronald, Iman gimbal ( Mapala Alaska FT Universitas Negri Gorontalo ), Khiky ( KpaLang-Manado ), Brox ( Freelance pendaki- Manado ), Anggi ( Freelance pecinta lingkungan - Jakarta ), dan Isna dari KPA Edelweis Gorontalo, berangkat menuju lokasi kegiatan tepatnya di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Desa Lombongo. Kec Suwawa Kab. Bone Bolango Gorontalo untuk mengikuti dan meramaikan kegiatan tersebut. Alhasil setelah sampai dilokasi, kegiatan agenda acara tentang pembahasan unek-unek seputar konservasi lingkungan alam gorontalo dan rekomendasi konservasi kepanitiannya selanjutnya, sudah berakhir.

Untungnya, Mapala Alaska FT Universitas Negri Gorontalo sebelumnya sudah mengutus beberapa anggota mereka yang tidak seregu dengan kami, berangkat lebih awal untuk mengikuti kegiatan inti tersebut. Malam pukul 22.00 wita ketika tiba di lokasi, saya bertemu dengan Agus anggota mapala Alaska FT Universitas Negeri Gorontalo yang mengikuti kegiatan dari awal, dan menayakan soal aktivitas kegiatan tersebut. Dia mengatakan bahwa : 'konsep konservasi yang diadakan Mapala Zhigring hanyalah penanaman bibit pohon disekitar sungai sampai ke air terjun Taman Bogani Nani Wartabone, kemudian istirahat dan dilanjutkan pembahasan unek-unek seputar masalah konservasi lingkungan masalah gorontalo pada pukul 20.00 wita.

Minggu (27/092015), pagi harinya pkl 08.00 wita berteman rokok dan kopi, Satrio salah satu anggota Mapala Alaska FT Universitas Negeri Gorontalo, sempat berdialog dengan saya tentang keinginan untuk mengikuti materi Konservasi selanjutnya yang diadakan tuan rumah Mapala Zhigring, saat itu. Tetapi hingga menjelang siang pukul 13.00 wita kegiatan yang kami tunggu-tunggu tidaklah terlaksana. Agenda tersebut malah diganti dengan breefing panitia dan seluruh peserta membahas tentang ''program tentang kemah konservasi berikutnya dalam menjaga dan melestarikan taman nasional yang ada di provinsi gorontalo, hingga berakhirnya kegiatan.

Saya sempat bertanya dalam hati, Ada apa dengan kepanitiaan tuan rumah sebagai pelaksana kegiatan, saat itu ???. Mungkin memang, pada dasarnya setiap lembaga punya kelebihan dan kelemahan tersendiri dalam membangun sebuah konsep kegiatan. Tetapi, setidaknya lembaga tersebut bisa belajar dari kesalahan pada setiap kegiatan yang dilaksanakan lembaga, instansi pecinta alam sebelumnya. Lagian pada umumnya, kemah konservasi ini mengarahkan kita, bagaimana upaya mendidik,melestarikan, dan membudidayakan alam beserta isinya dari pengaruh-pengaruh mayoritas kaum adam dan hawa yang tidak bertanggung jawab.

Selain itu, kegiatan kemah konservasi alam ini juga merupakan bagian dari pendidikan dimana manusia dituntut sebagai pelaku pembentuk nilai-nilai baru yang diperlukan dalam mengatasi masalah tuntutan lingkungan sekitar. Untuk itulah, sistem pembelajaran antara teori dan praktek harus berjalan secara kolektif, dan seimbang. 

 

Salam...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline