Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Teori Rotter dan Mischel

Diperbarui: 20 Juni 2015   05:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teori kognitif sosial dari Julian Rotter dan Walter Mischel, masing-masing berlandaskan asumsi bahwa faktor kognitif membantu membentuk bagaimana manusia akan bereaksi terhadap dorongan daril ingkungannya.

Rotter bearargumen bahwa perilaku manusia paling dapat diprediksikan melalui pemahaman dari interaksi antara manusia dengan lingkungan yang berarti untuk mereka.

Rotter yakin bahwa tidak ada satu pun individu ataupun lingkungan itu sendiri yang sepenuhnya bertanggungjawab atas perilaku. Malah, ia berargumen bahwa kognisi manusia, sejarah masalalu, dan ekspektasi dari masa depan adalah kunci utama untuk meprediksikan perilaku.

Teori kognitif sosial Mischel mempunyai banyak kesamaan dengan teori kognitif sosial Bandura dan teori belajar Rotter. Mischel yakin bahwa faktor kognitif, seperti ekspektasi, persepasi subjektif, tujuan dan standard personal mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian.

Teori belajar social Rotter berlandaskan lima hipotesis dasar. Pertama, teori belajar sosial berasumsi bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya. Asumsi kedua adalah bahwa kepribadian manusia bersifat dipelajari. Asumsi ketiga adalah kepribadian mempunyai kesatuan yang mendasar yang berarti kepribadian manusia memiliki stabilitas yang relatif. Hipotesis keempat adalah motivasi yang terarah berdasarkan tujuan. Dan asumsi yang kelima adalah bahwa manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian. Memulai dengan lima asumsi umum ini, Rotter kemudian membangun teorikepribadian yang berusaha memprediksikan perilaku manusia.

Rotter dan Mischel keduanya sama-sama melihat manusia sebagai makhluk hidup kognitif yang persepsinya terhadap suatu kejadian lebih penting daripada kejadiannya. Manusia mampu mengintrepetasikan suatu kejadian dengan beberapa cara. Kognisi membuat orang-orang yang berbeda untuk mampu melihat situasi yang sama dengan cara yang berbeda, dan untuk menempatkan nilai yang berbeda pada penguatan yang mengikuti perilaku mereka.

Rotter dan Mischel juga melihat manusia sebagai makhluk hidup yang terarah pada tujuan-tujuan yang tidak hanya sekedar bereaksi terhadap lingkungannya, namun berinteraksi dengan lingkungan yang bermakna secara psikologis. Manusia menempatkan nilai positif terhadap kejadian yang mereka persepsikan menggerakkan mereka lebih dekat dengan tujuan mereka, dan mereka menempatkan nilai negatif pada kejadian yang menghambat mereka mencapai tujuan.

Teori belajar kognitif sosial berpandangan bahwa manusia bergerak kearah tujuan yang telah mereka tegakkan untuk mereka sendiri. Akan tetapi, tujuan ini berubah saat ekpektasi atas pengutanan dan preferensi mereka atas satu penguatan dibanding yang lain juga berubah. Oleh karena manusia terus menerus berada pada proses menetapkan tujuan.

Manusia memiliki sejarah individual dan pengalaman yang unik, yang memberikan mereka jalan untuk menentukan tujuan-tujuan personalnya, tetapi juga memiliki kesamaan yang cukup di antara manusia untuk memberikan jalan pada konstruksi rumusan matematis yang apabila tersedia informasi yang cukup akan menunjukkan perilaku yang reliable dan akurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline