Pendidikan adalah hal yang penting bagi seluruh umat manusia, baik di masa sekarang ataupun yang akan datang. Menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, pendidikan berarti tuntutan yang diberikan kepada anak - anak yang menuntun kekuatan kodrat pada anak tersebut, sehingga mereka dapat menjadi manusia dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi mungkin. Pendidikan tidaklah memandang bulu, termasuk untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ABK ialah anak yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak lainnya, mereka pada umumnya memiliki kelainan pada fisik, mental dan emosi. Anak Berkebutuhan Khusus tentunya juga membutuhkan prasarana pendidikan formal yang dapat mereka temui di Sekolah Luar Biasa.
Sekolah Luar Bisa merupakan lembaga pendidikan formal yang mewadahi dan memberikan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Indonesia memiliki 2.250 sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di berbagai jenjang pendidikan pada tahun ajaran 2020/2021. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.017 sekolah berbentuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Meskipun memiliki jumlah yang cukup banyak, Sekolah Luar Biasa kerap kali kekurangan tenaga pengajar. Menurut Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Berau, beliau mengatakan kendala yang sering di alami Dinas Pendidikan dalam membangun sekolah inklusi adalah kurangnya tenaga pengajar, di Indonesia Guru yang memilliki kriteria yang cocok untuk mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus pun susah ditemui. Meskipun Dinas Pendidikan telah melakukan berbagai cara seperti rekrutmen dan pelatihan, tetapi karena stigma negatif seperti kebijakan otoritas yang kurang aplikatif, hambatan aksesibilitas, keterbatasan sumber belajar, dan keterbatasan finansial membuat jumlah yang ada belum cukup untuk melengkapi seluruh sekolah inklusi. Permasalahan tersebut sayangnya dialami oleh salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang berada di Jakarta, yaitu SLB Kasih Bunda yang beralamatkan di Jl. Duri Selatan No.37, RT.5/RW.2, Duri Sel., Kec. Tambora, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11270
Kurangnya tenaga pengajar pada Sekolah Luar Biasa merupakan suatu masalah yang harus dihadapi dengan serius oleh setiap lapisan masyarakat. Seharusnya stigma negatif mengenai Pengajar Luar Biasa harus diminimalisir. Pemerintah seharusnya dapat melakukan peningkatan dalam kualitas in-service training (INSET), kontekstualisasi proses belajar - mengajar, dukungan penuh yang berkelanjutan selama proses implementasi di lapangan ,dan berkomitmen untuk memberikan sebagian presentase dari GNP sebagai sumber dana. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh masyakarat biasa? Kita dapat meningkatkan awareness terhadap Pendidikan Luar Biasa dengan membuat akun Instagram, mempublikasikan kegiatan - kegiatan yang terdapat dalam SLB, atau dapat juga memberikan sponsor kepada SLB . Sebagai mahasiswa hal yang paling mudah untuk dilakukan ialah membantu proses pengajaran dengan membantu memberikan asistensi kepada para tenaga pengajar di Sekolah Luar Biasa, membantu proses belajar dan mengajar jika salah satu tenaga pengajar di SLB tidak hadir, dan memberikan usulan konsep - konsep metode pembelajaran baru seperti game edukasi untuk ABK agar proses belajar mudah diikuti oleh mereka.
Karena itu, dalam rangka menyelenggarakan mata kuliah pengabdian bidang ilmu komunikasi, dengan menerapkan isu-isu komunikasi yang menjadi keresahan utama kami, diterapkan beberapa implementasi program yang sekiranya dapat membantu ABK khususnya dalam mengatasi permasalahan komunikasi dan kendala-kendala yang dialami oleh pihak sekolah maupun sang anak
Dengan program bernama gerakan PAS yang berarti gerakan peduli ABK Sekitar, terdapat beberapa visi misi yang ingin kita capai dalam kurun waktu terdekat yaitu:
1. Membantu tenaga pengajar SLB dalam permasalahan kekurangan tenaga pelajar dengan terjun langsung ke lapangan untuk memberi asistensi kepada tenaga pengajar di sekolah tersebut
2. Menolong ABK agar lebih mudah memahami pelajaran yang disampaikan
3. Mengajak komunitas sekitar untuk memberi perhatian lebih terhadap permasalahan ini dengan membuka volunteer kepada masyarakat luas
Setelah berdiskusi lebih lanjut dengan pihak SLB Kasih Bunda, pihak sekolah pun setuju dengan implementasi program yang akan dijalankan karena permasalahan serta hasil akhir yang ingin dicapai sama - sama sejalan. Akhirnya pada tanggal 3 Oktober proses kegiatan dilaksanakan dengan lancar. Membantu tenaga pengajar dengan memberikan asistensi berupa ikut mengawasi, membimbing, dan mendampingi ABK tentunya membuat proses belajar mengajar jadi terasa ringan, menyenangkan, dan membuat ABK lebih mudah untuk memahami pelajaran yang disampaikan. Hal tersebut juga turut disampaikan oleh tenaga pengajar di SLB Kasih Bunda, dikarenakan mereka berbeda dengan siswa reguler, tentunya mereka membutuhkan pendampingan khusus di waktu proses belajar dan mengajar, dengan mengobservasi serta memahami kesulitan ABK saat proses belajar dan mampu membantu menanganinya dengan baik, hal ini dapat membuat mereka dapat menemukan minat dan bakat dari diri mereka masing - masing.
Tidak hanya membantu tenaga pengar dan ABK di SLB Kasih Bunda. Program yang dilakukan tentunya juga turut bermanfaat untuk kami selaku mahasiswa komunikasi. Dengan turut bekerja sama dan berkolaborasi dengan tenaga pengajar saat menghadapi ABK, kami akhirnya menemukan suatu faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan interaksi komunikasi ABK di SLB Kasih Bunda. Dimulai dari faktor pendukung yaitu Lingkungan Yang Baik, dimana tidak hanya tenaga pengajar di sekolah yang harus berusaha di sini, tetapi semua orang yang berada di lingkungan sekitar ABK (orang tua) juga harus turut bekerja sama untuk membantu meningkatkan interaksi mereka di Sekolah. Kedua, tenaga pengajar haruslah memiliki kemampuan berpikir yang kreatif dan inovatif. Sebagai tenaga pengajar kita harus dapat bermain peran dan menyamakan kemampuan berdikir kita dengan mereka agar komunikasi dapat terasa nyaman dan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh ABK. Seperti bernyanyi sebelum memulai kelas, bertepuk tangan atau mencari kesukaan mereka, dengan begitu, ABK akan merasa lebih nyaman dengan tenaga pengajar sehingga proses tersebut dapat mendukung interaksi sosial mereka di sekolah.
Kami berharap dengan memberi perhatian lebih pada permasalahan ini hingga terjun langsung ke lapangan dapat menginspirasi generasi muda lain untuk menghilangkan stigma negatif serta ikut menolong anak-anak seperti mereka yang membutuhkan bantuan kita. Pihak SLB Kasih Bunda juga berharap pemerintah dapat memberikan fasilitas layak yang dapat menunjang sistem pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus, membuat perencanaan program yang dapat mengajak masyarakat untuk lebih membuka mata dan ikut turun tangan untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus mendapat pendidikan yang layak di Sekolah Luar Biasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H