Lihat ke Halaman Asli

Hubungan Ketersediaan Produksi Bawang Merah, Harga dan Para Spekulan yang Bermain

Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru baru ini Mendag berkata tak akan melakukan import bawang merah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, kalaupun harus import, itu adalah pilihan terakhir dalam keadaan terjepit. Kebutuhan bawang merah akan semakin meningkat seiring masuknya musim Ramadhan tiba, masyarakat biasanya menyambut bulan tersebut dengan banyak menggunakan komoditas bawang mrah untuk kebutuhan masak. Penggunaan bawang merah tentunya akan mengalami  kenaikan yang cukup signifikan. Kenaikan yang signifikan ini tentunya harus didukung oleh produksi yang tinggi.

Komoditas bawang merah merupakan komoditas yang susah untuk dikembangkan, mengapa tergolong sulit? Karena bawang merah memerlukan tingkat kelembaban yang cukup tinggi. Biasanya bawang merah ditanam pada dataran rendah, cukup air namun tak boleh juga terlalu banyak air. Jika terlalu banyak air maka akan menyebabkan pembusukan yang diakibatkan oleh banyak Penyakit tumbuhan (misalnya jamur dan bakteri).

Jika kita kaitkan dengan cuaca, maka bawang merah ini sangat rentan terhadap kondisi cuaca yang berubah ubah. Saat ini Indonesia sedang mengalami musim pancaroba, yang artinya tidak jelas kapan akan hujan dan tak jelas juga kapan akan panas. Musim pancaroba ini merupakan kendala yang cukup bearti bagi para petani bawang merah. Dibutuhkan energi yang lebih ketika menanam bawang merah saat pancaroba tiba. Selain energi biaya yang dikeluarkan pun cukup banyak ketika mengalami pancaroba.

Ketersediaan bawang merah juga akan berbanding lurus dengan harga, artinya ketika pasokan bawang merah dan produksi lancar maka harga akan cenderung stabil, namun jika pasokan bawang merh menurun, maka yang terjadi adalah kelangkaan bawang merah di pasar, akibatnya harga bawang merah akan melonjak tinggi dari harga pasaran sebelumnya.

Namun menjelang bulan puasa ini banyak juga tengkulak yang bermain dalam mengejar keuntungan. Dalam pertanian di Indonesia biasanya cukup banyak tengkulak yang bermain dalam harga, tentunya ini tak bagus dalam menjagakestabilan harga bawang merah. Jika melihat kondisi ini tak salah jika Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel berpendapat bahwa banyak para spekulan yang bermain untuk menahan harga bawang merah untuk tetap di atas. Ini tidak benar, bagaimanapun juga bawang merupakan bahan kebutuhan yang wajib ada di masyarakat dan kestabilan harganya pun harus dijaga.

Kemendag berusaha untuk menjawab itu semua. Kemendag telah bekerjasama dengan aparat keamanan untuk menangkap para tengkulak dan spekulan yang terbukti menahan harga agar tetap tinggi. Gobel sendiri telah turun langsung ke bawah, beliau mengecek ketersediaan komoditas bawang merah. Dan memang bawang merah tersedia banyak di pasaran, lalu apa yang salah? Kemendag dan Menteri Gobel telah berusaha untuk mengatasi ketidakstabilan harga bawang merah dan menjaga produksi bawang merah untuk tetap tersedia di pasaran.

Untuk masalah import bawang merah, memang benar harus menjadi opsi paling akhir, karena bagaimana pun ketersediaan komoditas bawang merah harus tetap stabil di pasaran. Kerjasama antar stakeholder harus tetap terjaga. Masyarakat harus menikmati harga yang stabil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline