Lihat ke Halaman Asli

Putri Annisa Maharani

Mahasiswa 23107030093 UIN Sunan Kalijaga

Toxic Relationship: Bertahan atau Melepaskan?

Diperbarui: 22 Februari 2024   16:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan yang tidak sehat atau toxic relationship adalah hubungan yang sudah tidak menyenangkan. Menurut Dr. Lillian Glass pada bukunya yang berjudul toxic people '1995' Hubungan toxic adalah hubungan yang tidak mendukung satu sama lain, hubungan yang kurang sehat dan dapat menyakiti satu sama lain atau satu belah pihak saja. Ia menyebut toxic relationship sebagai hubungan yang bersifat merusak karena konflik, tidak saling mendukung, muncul persaingan, sampai hilangnya rasa hormat dan kekompakkan.

Ya, setiap hubungan pasti memiliki rintangan, perbedaan, atau konflik yang umum terjadi namun hubungan tersebut akan tetap berjalan baik bila pasangan mau bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dan mencari solusi agar hal tersebut tidak terjadi lagi. Berbeda dengan hubungan yang tidak sehat, di mana salah satu atau keduanya secara konsisten saling menyalahkan, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, dan tidak terbuka dalam mendiskusikan masalah apa pun.

Seharusnya hubungan yang sehat itu adalah hubungan yang memberikan kebebasan dalam berfikir, menghormati perbedaan dan pendapat antara satu sama lain bukan malah diskriminasi, saling mengekang dan hal hal yang membuat pola pikir semakin sempit.

Akibatnya, orang yang terlibat dalam hubungan tidak sehat tersebut akan merasa energinya terkuras hingga mungkin memengaruhi kesehatan mental, emosional, dan fisik.

Label toxic relationship lebih sering digunakan untung pasangan kekasih atau pacaran, namun sebenarnya juga berlaku untuk semua jenis hubungan termasuk dengan anggota keluarga, teman, rekan kerja, dan sebagainya.

Hubungan yang tidak sehat biasanya akan melibatkan kurangnya penghargaan terhadap orang lain sehingga sering melanggar batasan pribadinya, bahkan sering dilakukan tanpa sadar. Ketika kondisi ini diikuti dengan tujuan untuk menyakiti orang lain atau pasangan, maka hubungan tersebut bisa dikatakan sebagai hubungan abusive atau hubungan yang melibatkan kekerasan. Hubungan yang melibatkan kekerasan tersebut tidak selalu dalam konteks fisik, namun juga bisa berupa kekerasan psikologis dan emosional.

Namun terkadang toxic relationship bukan hanya tentang pasangan yang jahat sama kita tapi lebih ke keadaan dimana pasangan kita yang sikapnya berubah ubah kadang baik dan kadang jahat, mereka inconsisten terhadap sayangnya mereka atau terhadap sikapnya mereka dan akhirnya kita dibikin bingung harus pergi atau bertahan. Situasi tersebut mungkin sangat membingungkan karena beberapa alasan seperti masih sangat mencintai atau hubungannya yang terlanjur jauh dan most of the time sebagian banyak waktu kita terjebak dalam hubungan tersebut.

Maka kenali ciri ciri hubungan yang sudah tidak sehat yang sebaiknya diakhiri agar hidupmu dapat lebih bahagia. Cirir-ciri Toxic Relationship:

  • Kurangnya rasa percaya terhadap pasangan, ketika tidak adanya rasa kepercayaan didalam suatu hubungan maka hubungan itu akan sulit dijalani. Apapun yang pasangan kamu lakukan atau apapun yang kamu lakukan, rasa ketidakpercayaan selalu berbicara didalam situasi.
  • Hostile communication atau komunikasi yang kasar, saling teriak, saling memaki, pemaksaan, kalimat menyalahkan dan tidak bisa mengerti dan memahami. Dibanding kebaikan dan saling menghormati, sebagian besar percakapan diisi dengan sarkasme, kritik, atau ancaman.
  • Controlling, sikap mengekang yang kemudian menyulitkan kamu punya kehidupan pribadi. Seperti melarang melakukan sesuatu, membatasi pergerakan kamu, memaksa perspektif dan melulu membenarkan perspektifnya dan menyalahkan perspektif kita.
  • Sering berbohong, pasangan sering membohongi kamu dan kamu menyadarinya, namun kamu tidak bisa membela diri sendiri dengan alasan takut membuatnya marah atau takut kehilangan pasangan. Atau, kamu jadi sering berbohong pada pasangan untuk menghindari konflik tertentu.
  • All take no give, menuntut kamu untuk melakukan sesuatu hal tanpa mereka bisa melakukan hal itu. memanfaatkan kamu tapi kehadiran mereka tidak bisa memberikan manfaat terhadap diri kamu. Contoh pasangan selalu minta kamu untuk selalu ada buat mereka tapi ketika kamu yang butuh mereka justru sok sibuk.
  • Kehilangan diri sendiri, pasangan terus-menerus membuat lelah, menguras energi dan waktu, dan membuat kamu kehilangan diri sendiri.

Kamu pasti pernah mendenger statement "sama kamu sakit tapi ga sama kamu jauh lebih sakit" buang jauh jauh pemikiran seperti itu. Nyatanya kamu bisa dengan tegas memilih bertahan atau melepaskan, keduannya memang memiliki risiko sama sama sakit, bertahan harus siap jika disakiti lagi dan melepaskan memang sakit diawal tapi pelan pelan semuannya akan membaik walau sulit. Dengan melepaskan kamu akan mendapat hal hal baik yang jauh lebih banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline