Secara umum manusia berekspektasi bahagia dalam hidupnya. Entah dalam hubungan, pendidikan, dan karir. Tetapi, tidak sedikit orang yang mensabotase diri. Istilah sabotase diri berarti menunjukkan suatu pola pikir yang menahan untuk tidak mencapai suatu kebahagiaan. Seseorang yang melakukan sabotase diri memiliki kebiasaan menciptakan masalah pada diri sendiri yang merugikan. Bentuk sabotase diri yang paling umum perfeksionisme, mengonsumsi obat-obatan terlarang, makan berlebihan karena stress melukai diri, berkonflik dengan orang lain.
Mengapa sabotase diri banyak terjadi? Karena disebabkan oleh trauma masa kecil yang memaksa seseorang terbiasa dengan kemalangan, sehingga kebahagiaan bukanlah kunci utama dalam hidup. Perasaan rendah diri merupakan bentuk sabotase diri. Seseorang yang merasa rendah diri Ia berprinsip bahwa dia tidak layak mendapatkan kebahagiaan. Ketika seorang yakin atas ketidakbahagiaan alam bawah sadar mendorong sesuatu yang tidak bahagia juga.
Sabotase diri juga bisa terjadi pada seseorang yang over control. Ini biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki prestasi tinggi, karena suara yang memiliki prestasi tinggi cenderung memiliki ekspektasi yang tinggi untuk berhasil. Tapi hal ini bisa dikontrol jika memiliki bounderwiss atas kemampuan diri. Perilaku sabotase diri berada di bawah alam sadar manusia. Konsumerisme sabotase diri membuat pecandunya berada di titik kesedihan.
Lalu, bagaimana untuk tidak mensabotase diri sendiri? Dengan menerapkan Law of attraction. Law of attraction percaya akan sesuatu yang bahagia akan datang di waktu yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H