Lihat ke Halaman Asli

Jam Terbang

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Secara sederhana, jam terbang adalah waktu yang telah ditempuh seorang pilot selama dia mengarungi angkasa menggunakan kapal terbang….apapun jenisnya.

Aku tanya kepada tetanggaku, suami dari adik kelasku, “Berapa total jam terbangmu mengendarai pesawat jet F-16, om?”.

“Ah….baru 7 jam, mas,” jawabnya. Si Om lulusan AAU tahun 1995…kalo gak salah ingat.

Jika rata-rata penerbangan si Om itu selama 1 jam, berarti baru 7 kali pula si Om lepas landas dan mendarat.

“Waduh….baru 7 tahun saya dagang bakso, mas,” jawab penjual bakso di depan rumah.

Berarti selama 7tahunx360harix24jam dia bergelut dengan usaha bakso-nya.

Dari dua perbandingan di atas, disini saya tidak melihat sisi profesionalitas pekerjaan. Tapi lama waktu dalam memperoleh pengalaman. Ya….jam terbang.

Pengalaman menentukan dalam mengatasi masalah. Baik cara menghadapi, teknik menghadapi, dan menyelesaikan masalah.

Khusus untuk “menyelesaikan masalah” di sini mempunyai arti suatu masalah yang dihadapi dianggap selesai dengan ukuran-hasil yang berbeda-beda. Misal walaupun usaha gagal, tapi masalah dianggap selesai. Walaupun tidak juara dalam lomba lari, tapi masalah yang dihadapi yaitu lomba-lari, telah selesai. Eksperimen seorang profesor dinyatakan tidak berhasil dan telah diambil sebuah kesimpulan, maka masalah yang dihadapinya dianggap selesai. Yaa…masing-masing “hanya” untuk satu sisi saja.

Aku bertanya pada mertua-ku, “Pak, berapa kali bapak sudah menanam padi?”

Mertuaku menjawab, “Paling-paling baru 27 kali, nak.”

Jika setahun bisa menanam padi dua kali, berarti mertuaku sudah ber-tani selama 14 tahun. Waktu yang tidak sedikit. Berarti untuk menanam padi sebanyak 100 kali, “hanya” butuh waktu selama 50 tahun saja.

Dalam site ini, ukuran yang digunakan juga beragam. Dari jumlah postingan, atau dari jumlah login total, atau dari jumlah komen, atau dari yang lainnya. Nah, di satu-sisi bisa ditentukan jam terbangnya masing-masing.

Jam terbang yang paling lama, padahal hanya satu kali kesempatan adalah, “Berapa kali kamu hidup, mas?” tanyaku pada diriku.

Gunungkidul, 25 Mei 2011

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline