Lihat ke Halaman Asli

Generasi Bisu

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Taman kerajaan Langit Biru kini tak semeriah sepuluh tahun yang lalu. Tak lagi ada canda tawa muda-mudi masyarakat kota kerajaan. Tak ada lagi kejar-kejaran antar sepasang kekasih. Sepi, hanya sesekali sapa terdengar dari dua tiga mulut muda mudi yang duduk di kursi taman.

Dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, jumlah pengunjung taman kerajaan meningkat sepuluh kali lipat tiap harinya. Namun tiada lagi sendau gurau dan tegur sapa antar pengunjung taman. Bahkan tiada lagi ramah tamah apalagi obrolan yang mengasyikkan. Ya. Tak ada lagi keriuhan di taman kerajaan Langit Biru.

Sesuai ketentuan sang Raja, hanya yang berusia di atas dua belas tahun boleh berkunjung ke taman kerajaan Langit Biru. Hari ini, seperti hari-hari yang telah usai, pengunjung yang terdaftar mencapai tujuh ratus orang. Mereka saling duduk berdampingan dan atau berhadapan. Namun mereka asyik dengan mainan masing-masing. Betul. Mainan yang lebih menarik daripada kekasih disampingnya. Lebih mengasyikkan daripada ngobrol bareng teman semeja di kursi taman. Mereka lebih suka membisu. Hanya mata mereka yang hampir tak berkedip menatap mainan mereka masing-masing.

Sepuluh tahun pula aku sudah bekerja di taman kerajaan Langit Biru. Mereka yang kukenal hanya membalas satu-dua kata sapaanku. Lalu kembali asyik dengan mainannya. Dan aku ayunkan lagi sapu ditangan sambil menyusuri jalan taman langkah demi langkah. Aku pun membisu. Ya. Aku termasuk dalam generasi bisu. Hanya suara sapu lidi terdengar saat menyentuh jalan yang aku susuri. Srek….srek….srek……

Gunungkidul, 29 April 2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline