Lihat ke Halaman Asli

Panggung Tak Sama

Diperbarui: 5 November 2015   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Deretan buku rapi berjajar dengan warna sampulnya masing-masing di rak biru muda cerah berbanding terbalik di luar yang mendung gelap dengan hujan derasnya. Hanya ada beberapa orang di dalam toko itu yang buat Hazni cukup santai untuk melihat televisi. Perhatian Hazni teralihkan wanita muda yang bertanya letak kategori novel. Sabil cuma terdiam bengong melihat wanita itu diantar Hazni ke rak buku novel.

“Kenapa kamu Bil? Bengong aja.” Tanya Hazni yang heran melihat teman kerjanya itu.

“Bentar, bentar kamu gak tahu siapa dia?” Balas Sabil sambil keheranan.

“Yang jelas sepertinya “hujan” barusan masuk toko kita ha..ha..ha..” Jawab Hazni dengan entengnya.

Pagi yang dingin setelah diguyur hujan semalaman dan di depan pintu toko yang terkena sinar matahari berdiri Sabil yang akan membuka toko. Dia menengok ke kanan yang terlihat Hazni berlari dengan muka bingungnya. Tangan kanannya menggenggam CD.

“Ini, apa ini? Siapa dia? Lihat cover CD ini!” Hazni yang kebingungan memberikan CD itu ke Sabil.

“Waah fans Sakura Secret ya? Dapat dari mana ini? Tumben ya.” Sabil malah menanggapi dengan setengah bercanda sambil tetap melihat lubang kunci seolah tidak menganggap Hazni yang bingung. Tapi respon dari Hazni yang tidak menanggapi candaannya dengan muka serius bingungnnya buat Sabil ganti fokus mencermati cover single CD itu. Akhirnya dia mengerti maksud semua kebingungan Hazni.

“Ini ‘Nona Hujan’ yang beberapa hari lalu kamu antar nyari novel sampai kamu lihat dia pergi dibalik pintu toko ini.” Dia menunjuk foto “Nona Hujan” yang ada di cover.
“Siapa namanya? Jadi aku menemani dia dengan aku yang berantakan, duh malunya.”

“Agak lebay ya, namanya Laras. Makanya kemarin aku bengong karena idola seperti dia kok bisa ke toko kita. CD ini kamu dapat dari mana?” Tanya Sabil.

“Punya adik sepupuku, aku pinjam.” Jawab Hazni sambil mengambil CD itu dari tangan Sabil dengan senyum-senyum dia masuk toko. Sabil bertanya-tanya dalam hatinya apakah temannya itu sedang terkena delusi hebat seperti kebanyakan fans Laras. Gawat.

Suara, senyum kecil menawan, rambut panjangnya dan lembut tingkah lakunya “Nona Hujan” ini cukup buat Hazni jadi berbeda yang sekarang suka senyum sendiri. Suatu ketertarikan baru muncul di hatinya untuk mengetahui Laras ini lebih banyak. Profil, biodata, fakta-fakta menarik, cerita, artikel dan tulisan blog tentang Laras dia baca semua. Lagu-lagunya muncul di playlist handphonenya yang dia dengar sebelum tidur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline