Lihat ke Halaman Asli

Merasakan Bali "Asli" di Desa Tenganan Pengringsingan

Diperbarui: 2 Mei 2018   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://ksmtour.com

Siapa yang tidak mengenal Pulau Bali? Mulai dari hamparan pantai yang eksotis, hingga budaya khas Bali yang menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata favorit. Namun, perkembangan pariwisata di Pulau Bali yang semakin pesat setiap harinya menimbulkan pembangunan yang merajalela hingga degradasi nilai budaya itu sendiri.   

Di tengah perkembangan zaman yang semakin maju, terdapat suatu desa unik di Bali yang masih berpegang teguh terhadap adat istiadat yang diturunkan oleh nenek moyang.  Desa ini disebut juga Desa Tenganan Pegringsingan. Desa Tenganan Pegringsingan ini terletak di Bali Timur, sekitar 60 km dari Kota Denpasar.

Desa ini merupakan satu dari tiga desa di Bali yang termasuk dalam Bali Aga atau Bali asli. Adapun dua desa lainnya adalah Desa Trunyan dan Desa Sembiran. Makna dari Bali Aga sendiri adalah desa yang kehidupan sehari -- harinya masih mengacu pada adat istiadat peninggalan leluhur yaitu dari sebelum kerajaan Majapahit.

Kegiatan sehari -- hari di desa ini masih diatur dengan hukum adat atau biasa disebut awig -- awig yang sudah dibuat sejak abad ke-11. Desa ini pun masih mempertahankan pernikahan antar sesama warganya.  Oleh karena itu, desa ini masih sangat kental terhadap tradisinya dan memiliki kekeluargaan yang erat. Seluruh tanah di desa ini pun milik desa atau merupakan kepemilikan bersama. Sehingga, di desa ini tidak ada tanah yang merupakan kepemilikan pribadi.

Rumah -- rumah yang berada di Desa Tenganan ini memiliki ciri khas tersendiri. Rumah -- rumah di desa ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama, serta bentuk rumah masih mengadaptasi aturan adat istiadat yang telah diturunkan. Atap dari rumah pun hanya terbuat dari tumpukan daun rumbi.

Kehidupan sehari -- hari di Desa Tenganan dapat dibilang sangat sederhana. Masyarakat desa masih menganut sistem barter (bertukar).  Mata pencaharian dari penduduk desa ini sebagian besar adalah petani padi. Selain itu, sebagian penduduk bekerja sebagai pengrajin. Kerajinan yang dibuat oleh penduduk diantaranya ukir-ukiran, anyaman bambu, lukisan di atas daun lontar dan kain tenun.

Kain tenun yang dihasilkan di Desa ini disebut Kain Gringsing yang merupakan salah satu ciri khas dari Desa Tenganan. Dalam pembuatannya, kain Gringsing menggunakan metoda teknik dobel ikat, yang mana teknik ini merupakan satu -- satunya di Indonesia yang menjadi ciri khas tersendiri. Pewarnaan kain pun menggunakan tumbuh -- tumbuhan alami dan membutuhkan proses yang lama. Satu kain dapat memakan proses pembuatan selama 4 tahun.

Selain Kain Gringsing, keunikan lain yang dimiliki Desa Tenganan adalah Adat Perang Pandan. Setiap pertengahan Bulan Juli, dua pemuda ditempatkan di panggung untuk bertarung menggunakan duri -- duri pandan. Setelah bertarung, para pemuda ini akan mendapatkan luka di tubuhnya yang kemudian diberi obat menggunakan obat tradisional dari umbi -- umbian. Tradisi ini dilakukan sebagai latihan perang rutin dan sebagai penghormatan kepada Dewa Indra, yang dipercaya sebagai dewa perang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline