Apakah ayah dan bunda mengetahui empat gaya asuh yang umum di terapkan? Setidaknya agar lebih mudah dipahami, terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.
Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak-anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra-putrinya di berbagai aspek.
Dewasa ini smartphone populer tidak hanya di kalangan masyarakat remaja dan dewasa, bahkan sudah menjadi barang yang wajib bagi remaja hingga anak-anak. Terlepas dampak positif dan negatif yang dibawanya.
Fenomena agar anak dapat tenang dan tidak rewel, orang tua kerap memberikan smartphone atau video game kepada putra-putrinya. Sehingga sang anak menjadi lebih tenang, tidak rewel.
Tetapi seringkali malah menjadi bumerang karena sang anak menjadi kecanduan dan malah menjadi over reaktif ketika keinginannya tidak dipenuhi. Bukankah kita sering menemui yang demikian? Ini adalah salah satu gaya asuh yang termasuk dalam kategori Permissive Parenting.
Lalu bagaimana karakteristik gaya asuh Permisif tersebut?
1. Tidak memberikan aturan yang jelas kepada anak, juga mengenai pemahaman hak dan kewajiban. Meskipun diberikan, sikap dalam menegakan atura tersebut cenderung tidak konsisten.