Menyertai Mereka Yang Ngurug Kubur, Haru Tapi Harus
Bismillah,
Dalam waktu belakangan yang tidak berselang lama saya ikut mengantarkan beberapa orang jenazah ketempat pemakamannya. Iring-iringan pengantar cukup ramai, tidak hanya sebatas kerabat, tetangga, melainkan juga teman atau sahabat almarhum (ah).
Seperti biasa, ketika sampai di pelataran penguburan mobil khusus pengangkut jenazah alias ambulan berhenti, lalu keranda yang berisi jenazah dikeluarkan dan beberapa orang mengangkatnya menuju pinggir lobang kubur.
Sebelum jenazah dikeluarkan dari dalam keranda, maka terlebih dahulu 3 orang minimal yang hubungannya terdekat dengan jenazah (anak/kakak/adik) sudah masuk kedalam lobang kubur.
Langkah ini dimaksudkan untuk memudahkan menyambut jenazah yang akan dikubur dari mereka yang mengeluarkan jenazah dari dalam keranda dan sekaligus bertindak untuk menata letak serta posisi jenazah di liang lahat.
Setelah letak atau posisi jenazah sudah benar, seperti muka betul-betul menghadap kiblat dan " mencium tanah " serta semua tali pengikat dilepas atau dilonggarkan, lalu liang lahat ditutup dengan menggunakan papan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Selanjutnya, mulai lobang diurug sedikit demi sedikit sambil diinjak-injak agar tanahnya padat, dan pada tahapan ini saya haru bercampur sedih luar biasa, terkadang tak terasa air mata menetes. Betapa tidak, mereka yang menginjak-injak itu adalah orang-orang terdekat hubungannya dengan almarhum(ah).
Semakin urugan meninggi maka saya lihat dan perhatikan injakan-injakan dari mereka orang-orang terdekat itu semakin kencang dan kuat, seolah-olah tidak hendak memberi kesempatan pada tanah untuk bergerak lagi.