Pertemuan Tak Terduga, Tapi Didambakan
Bismillah,
Manusia hanya bisa berencana, hanya Tuhan yang kuasa menentukan segalanya, demikian penggalan syair sebuah lagu dangdut slow yang populer diawal tahun delapan puluhan.
Agaknya syair lagu tersebut sedikit bersentuhan dengan kisah dua remaja yang merantau di sebuah kota kecil yang berhawa sejuk, guna menggali ilmu untuk menapaki kehidupan masa depan.
Mereka rela meninggalkan tempat dimana mereka dilahirkan, keluarga, teman-teman sepermainan serta handai tolan lainnya, demi menggapai cita-cita.
Meskipun disadari bahwa kota tempat mereka menuntut ilmu sesungguhnya tidak seberapa jauh, hanya hitungan beberapa puluh kilometer saja.
Oleh karena usia dikala itu masih muda belia dan diperparah dengan kondisi sarana transportasi dan komunikasi masih sangat minim, maka keadaan di rantau betul-betul terasakan.
Namun apa hendak dikata, sekolah yang mereka impikan dan harapan dijadikan jembatan untuk menyeberangi kehidupan dimasa depan hanya ada satu-satunya di daerah mereka. Jadilah mereka ditemukan dan ruang kelas yang sama.
Hanya saja karena keadaan mereka berdua harus berpisah, yang seorang dititipkan tinggal dirumah seorang guru dikomplek sekolah dan yang seorang kost di bilangan kota yang jaraknya cukup jauh dari sekolah.
Kendatipun jarak cukup jauh, tapi hubungan diantara sesama teman tetap dipelihara dengan cara saling kunjung mengunjungi pada hari libur, bila masing-masing sedang tidak pulang ke rumah orang tua.