Lihat ke Halaman Asli

Buyung Nurman

Penulis Lepas

Tradisi Masyarakat "Serawai" Bakar Tempurung Kelapa pada Malam 27 Ramadan, Apa Maknanya?

Diperbarui: 11 April 2024   10:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Tempurung Kelapa dibakar. sumber foto:  Isman Maasak Air Nipis Bengkulu Selatan. 

Bismillah,

Masyarakat Serawai adalah penduduk asli yang  tinggal  di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma Provinsi Bengkulu mempunyai tradisi unik yaitu membakar tempurung kelapa pada malam 27 ramadan.

Ditengah kemajuan teknologi hari ini, dimana penerangan dengan menggunakan listrik sudah hampir merata di semua pelosok negeri, tapi tradisi unik ini masih tetap eksis.

Bahkan belakangan ini tradisi tersebut mendapatkan dukungan positif dari pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan dan Seluma (Seluma hasil pemekaran kabupaten Bengkulu Selatan).

Lalu seperti apa tradisi ini dilaksanakan?

Sebagaimana kebiasaan masyarakat di era dahulu kala, ketika ingin mengambil santan buah  kelapa untuk digunakan bahan berbagai masakan atau diolah menjadi minyak kelapa.

Maka buah kelapa dikupas dengan membuang  kulitnya, yang dinamakan sabut, lalu dibelah menjadi dua bagian dan daging buah yang  masih melekat pada batok atau tempurungnya dikukur/diparut  dengan alat khusus yang disebut dengan kukughan (parutan).

Dengan cara begitu praktis tempurung kelapa masih tetap utuh menjadi dua bagian dan tempurung inilah nanti yang akan dibakar pada malam 27 ramadan.

Bagaimana Tekniknya?

Beberapa hari lagi menjelang malam 27 ramadan, tempurung kelapa yang sudah cukup banyak terkumpul tersebut dijemur pada sinar matahari agar tempurung benar-benar kering.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline