Lihat ke Halaman Asli

bustanol arifin

Happy Reader | Happy Writer

Menguatkan Kolaborasi dan Merawat Kompetisi Organisasi

Diperbarui: 2 September 2024   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kolaborasi | Roszie/Pixabay.com

Era Internet of Things (IoT) seperti saat sekarang ini telah melahirkan cara pandang dan kerja baru dalam berorganisasi. Disebutkan bahwa di zaman serba IT ini orang sangat dianjurkan untuk lebih mengedepankan kolaborasi daripada kompetisi. Bahkan, sebagian menyatakan era kompetisi sudah mati, saatnya kolaborasi.

Pada hakikatnya, kolaborasi acapkali diartikulasikan dan digunakan untuk menguraikan ragam bentuk permasalahan atau pekerjaan yang bersifat lintas batas, lintas sektor, lintas hubungan ataupun lintas organisasi bahkan lintas negara sekalipun secara bersama-sama alias "Working Together" untuk mencapai tujuan bersama, (O'Leary, 2010).

Shawn Anchor dalam bukunya "The Happiness Anvantage" memandang kolaborasi yang sehat merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan produktivitas dan kebahagiaan. Dia menegaskan kolaborasi sehat adalah kolaborasi yang melibatkan interaksi antar individu atau kelompok yang saling memperkuat dan menguntungkan.

Pada tataran praktisnya, banyak orang dan organisasi yang mulai beralih dari paradigma lama, kompetisi, menuju paradigma kolaborasi. Mereka paham bahwa ada perubahan cara pandang dan perkembangan teknologi yang semakin cepat sehingga berkolaborasi lebih baik daripada kerja sendiri atau bersaing.

Kolaborasi menjadi lebih penting dan utama karena dapat membantu organisasi menciptakan keunggulan bersama, melahirkan inovasi baru dan mempercepat tercapainya visi organisasi itu sendiri. Para kolaborator juga akan mendapatkan keuntungan berlibat ganda melalui kerja kolaborasi berupa penambahan wawasan, pengalaman dan keahlian.

Dalam dunia bisnis, kolaborasi juga sudah lumrah dilakukan. Misalnya kolaborasi antara Go-Jek dan Tokopedia yang kemudian melakukan merger menjadi GoTo. Sebagaimana kita ketahui bersama, keduanya sama-sama bisnis startup terkemuka di Indonesia, bahkan sudah masuk ke level unicorn di dunia.

Begitu pula dengan perusahaan taxi Blue Bird yang dulu berjaya lalu sempat meredup karena kehadiran sekaligus gempuran taxi online dan kini mulai bersinar kembali setelah taxi berkelir biru ini berkolaborasi dengan Go-Jek. Hal ini menunjukkan kolaborasi lebih mampu menjawab persoalan dan menghadapi tantangan yang lebih kompleks.

Kolaborasi Lahirkan Inovasi  

Di era serba cepat dan penuh perubahan ini, di mana big data menjadi panglima, kolaborasi turut menjadi kunci utama dalam menciptakan inovasi. Di berbagai sektor, baik itu di dunia bisnis, pendidikan, maupun sosial, kolaborasi telah terbukti mampu melahirkan ide-ide baru yang tidak hanya kreatif, tetapi juga berdampak luas.

Cara kerja yang menggabungkan berbagai perspektif, keahlian serta sumber daya dari kedua belah pihak atau lebih memungkinkan untuk menjawab tantangan-tantangan yang kompleks dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Ketika individu-individu dengan latar belakang, keahlian dan pengalaman berbeda berkumpul dalam rangka bekerja sama, mereka membawa pandangan-pandangan unik yang mungkin tidak dimiliki oleh orang lain.

Ide-ide tersebut bertemu, berinteraksi dan sering kali berkembang menjadi solusi inovatif yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Proses demikian ini disebut sebagai "divergent thinking," pemikiran berbeda yang mendorong kreativitas serta membuka jalan bagi lahirnya inovasi yang lebih solutif dan konkret.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline