Lihat ke Halaman Asli

bustanol arifin

Happy Reader | Happy Writer

Waspada Politisasi Hari Raya Kurban

Diperbarui: 16 Juni 2024   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto sapi kurban milik Bupati Ponorogo, Ipong Muchlisson (13/06/22) | Dokumen Jatim Now

Memasuki momentum Pilkada serentak 27 November 2024, para bakal calon kepala daerah dan juga partai politik sudah mulai bergerilya membangun citra, meraih simpati dan mencari dukungan dari masyarakat.

Di daerah tertentu, nama-nama bakal calon kepala daerah sudah mengerucut dan mendapat rekomendari dari partai politik. Pada saat bersamaan, partai politik saat ini sedang melakukan komunikasi politik tingkat tinggi untuk membangun koalisi.

Tak hanya partai politik dan bakal calon kepala daerah yang sudah bergerak mencari simpati dan dukungan dari masyarakat. Tim sukses dari bakal tersebut juga mulai masif menggalang dukungan, mengkampanyekan sosok tertentu agar cepat dikenal.

Misalnya, banyak spanduk bakal calon kepala daerah bertebaran di mana-mana. Sebagian ada yang dicetak sendiri atau oleh partai pendukung, sebagian lagi dibuat dan dicetak oleh tim suksesnya dengan mengatasnamakan ormas tertentu.

Dalam konstelasi politik, pertarungan memenangkan Pilkada itu sebenarnya sudah dimulai, meskipun secara aturan, pihak penyelenggara (KPU) belum mengumumkan waktu kampanye bagi para kontestan Pemilihan Kepala Daerah tahun ini.

Artinya, beberapa bakal calon kepala daerah mencuri start kampanye meskipun tidak secara vulgar alias terang-terangan. Biasanya, menggunakan kedok-kedok tertentu agar tidak disebut kampanye dan melanggara aturan Pilkada.

Dikenal juga dengan istilah kampanye terselubung, membuat atau menghadiri acara tertentu agar lebih dikenal oleh masyarakat. Termasuk juga, menunggangi perayaan atau hari besar umat beragama seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan lain sebagainya.

Mereka hadir dalam bentuk spanduk, baliho, stiker atau video ucapan selamat menunaikan, menjalankan, merayakan hari raya tertentu. Ini namanya politisasi hari raya umat beragama, numpang tenar menggunakan dalih ucapan selamat.

Bahaya Politisasi Perayaan Keagamaan

Sepintas, memang tak ada masalah dengan kehadiran para bakal calon kepala daerah di setiap momen kegiatan masyarakat semisal pengajian, kerja bakti, olahraga dan lain sebagainya. Juga nampak tak ada unsur kampanye dibalik ucapan selamat hari raya Idul Adha.

Namun, bila dibedah menggunakan teori Agenda Seting atau Dramaturgi misalnya maka dapat ditemukan agenda terselubung dibalik itu semua. Secara politik, mereka melakukan itu semua dalam rangka mendapatkan keuntungan politik, yakni popularitas dan elektabiltas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline