Lihat ke Halaman Asli

bustanol arifin

Happy Reader | Happy Writer

Bisakah Pilkada Lebih Ramah Lingkungan?

Diperbarui: 3 Juni 2024   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petugas DLHK Kota Depok mengumpulkan sampah APK Pemilu 2024 | Foto/DLHK Depok

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting bagi masyarakat Indonesia, di mana mereka memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin daerahnya sesuai dengan nurani masing-masing.

Seluruh lapisan masyarakat Indonesia bersuka cita menyambut helatan Pilkada yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Tepatnya, pada 27 November 2024 mendatang secara serentak, dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota.

Hanya saja, Pilkada sering kali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, mulai dari penggunaan kertas dalam jumlah cukup besar untuk surat suara hingga sampah kampanye yang tidak terkelola dengan baik.

Tentu saja, ini patut menjadi perhatian semua pihak agar dapat sesegera mungkin dihadirkan solusi terbaik untuk mengatasi persoalan ini.

Fonomena paling menjengkelkan ketika musim Pilkada tiba adalah pemasangan Alat Peraga Kampanye (APK) di pohon-pohon yang dampaknya tidak hanya merusak pemandangan, tetapi juga merusak lingkungan itu sendiri.

Satu sisi, pesta lima tahunan ini harus dilaksanakan secara meriah sebagai bentuk syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Namun, sisi lainnya belum mampu menghadirkan keadilan bagi lingkungan.

Karenanya, konsep Pilkada Ramah Lingkungan menjadi sangat relevan untuk diterapkan demi menciptakan pemilihan yang tidak hanya adil, jujur dan transparan, tetapi juga berkelanjutan.

Pertanyaannya adalah, bisakah Pilkada lebih ramah lingkungan? Jawabannya adalah bisa, dengan syarat ada upaya sadar dan sistematis dari semua pihak terkait.

Dampak Pilkada terhadap Lingkungan

Pilkada, sebagaimana sudah terjadi sebelumnya, memiliki berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan kertas dalam jumlah besar untuk mencetak surat suara, poster, dan baliho kampanye mengakibatkan deforestasi dan peningkatan emisi karbon.

Begitu pula dengan distribusi logistik dan kegiatan kampanye itu sendiri banyak menggunakan kendaraan bermotor, sehingga turut menghasilkan polusi serta emisi gas rumah kaca. Selain itu, pada setiap momen kampanye pasti membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline