Setiap musin pemilu tiba, otomatis suasana jalanan agak berbeda. Spanduk, baliho, stiker, kalender, video bertebaran di mana-mana dengan segala bentuk beserta rupanya. Meminjam istilah pakar manajemen, Tom Peters, "Berbeda atau punah." Intinya, itu semua para kontestan pemilu, mereka hendak mendongkrak popularitas untuk mendulang suara.
Hal ini dapat diartikan bila kita sudah menjumpai Alat Peraga Kampanye (APK) bertebaran di mana-mana, itu menunjukan sudah tiba musim kampanye atau pemilu.
Seorang pakar politik, Keena Lipsitz beserta kawan-kawannya berusaha menjawab sebuah pertanyaan melalui sebuah riset tentang "Apa yang hendak diketahui atau diinginkan oleh publik (pemilih) dari kampanye para politisi."
Hasilnya, para pemilih menempatkan kandidat pada isu tertentu.
Pertama, melalui kampanye masyarakat ingin mengetahui "karakter" dari kandidat tersebut.
Kedua, masyarakat juga ingin mengetahui "pengalaman" mereka. Ketiga, masyarakat ingin mengetahui "kecerdasan" masing-masing kandidat.
Riset ini, walaupun tidak dilakukan di Indonesia, namun hasilnya dapat dirujuk sebagai salah satu panduan bagi para kontestan pemilu, baik partai maupun personal, dalam melakukan kampanye politiknya supaya pesan yang hendak disampaikan lebih diterima oleh masyarakat. Meskipun, saya meyakini hal seperti ini sudah diterapkan dan bahkan riset-riset serupa juga sudah dilakukan sebelum akhirnya menentukan strategi kampanye berdasarkan segmentasi pemilih dan kebutuhan pasar untuk mendongkrak popularitas.
Memang, di tengah sengitnya kontestasi pilpres kali ini, masing-masing paslon mencoba untuk merebut simpati masyarakat dengan berbagai strategi pemenangan serta model kampanye. Meskipun, secara pribadi saya belum mengetahui detail strategi mereka dalam mendongkrak popularitasnya, tapi persaingan itu begitu terasa hingga menimbulkan gesekan-gesekan yang mengarah pada perseteruan, permusuhan dan mungkin saja perpecahan alias polarisasi gaya baru. Hal ini lumrah saja dan akan sirna bersamaan dengan usainya pemilu.
Nah, dari ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang saat ini sedang beradu jitu menuju kursi presiden Indonesia ini, selain mengenal sosok masing-masing dari mereka, ada baiknya juga kita tahu model kampanye yang diterapkan oleh pasangan calon Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud.
1. Panggung Desak Anies Rasyid Baswedan
Dari sekian banyak strategi serta media kampanye yang digunakan oleh pasangan Anies-Muhaimin, ada satu model kampanye cukup menarik karena memang belum pernah dilakukan oleh calon presiden Indonesia manapun, yakni panggung "Desak Anies."