Cak Imin, begitu sapaan akrabnya. Salah satu calon wakil presiden, mendampingi Anies Rasyid Baswedan pada pemilihan presiden kali ini. Pria kelahiran Jombang, Jawa Timur ini bernama lengkap, Abdul Muhaimin Iskandar. Selain aktivis pergerakan, beliau juga seorang akademisi, santri, kyai dan politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Bukti kalau beliau ini akademisi adalah, ada gelar akademik di depan dan belakang namanya, Dr. (H.C) dan M.Si. Cak Imin ini memulai pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga Perguruan Tinggi.
Walaupun hanya lulusan Madrasah, nyatanya beliau berhasil kuliah di kampus elit, S-1 di Universitas Gadjah Mada, S-2 di Universitas Indonesia dan S-3 Honoris Causa dari Universitas Airlangga. Ini menunjukkan bahwa Cak Imin atau Gus Muhaimin termasuk kalangan orang terpelajar alias akademisi tulen sejak kecil hingga saat ini. Ketika mahasiswa, Cak Imin tidak hanya fokus belajar di ruang kuliah, tapi juga hobi berdiskusi sekaligus aktif berorganisasi. Ia bergabung dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Sapaan lain selain "Cak Imin" adalah "Gus Muhaimin." Tentu, bagi orang pesantren khususnya di jawa, istilah "Gus" ini sudah tidak asing lagi. Nama panggilan sekaligus gelar bagi seorang anak atau keturuan darah biru. Jadi, kalau di depan namanya ada tambahan "Gus" maka dapat dipastikan ia adalah seorang santri sekaligus kyai. Gus Muhaimin Iskandar lahir, tumbuh dan berkembang di pesantren. Ayah beliau pengajar di ponpes Mambaul Ma'arif dan ibunya sendiri pengasuh atau pimpinan putri di ponpes Mambaul Ma'arif.
Masih ada hubungan keluarga, (keponakan) dengan presiden keempat Republik Indonesia, K.H Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Jauh di atasnya lagi, ada salah satu pendiri Nahdhatul Ulama (NU) K.H. Bisri Syansuri yang juga termasuk kakek buyut Gus Muhaimin. Pada perayaan hari santri tahun lalu (22/10/22), Gus Muhaimin didaulat menjadi panglima santri seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kesantrian Cak Imin atau Gus Muhaimin tidak pernah diragukan lagi, sejak kecil dan bahkan orang menyebutnya sebelum beliau lahir sudah santri dan termasuk keluarga besar ponpes Mambaul Ma'arif, Denanyar.
Karir politiknya dimulai sejak 1998, bersamaan dengan lahirnya reformasi Indonesia. Bersama Gur Dur, Cak Imin mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sampai saat ini menjadi kendaraan politik beliau. Boleh dikata, Cak Imin termasuk politisi ulung karena penempaannya dalam masalah politik sudah cukup lama, bukan politisi kemarin sore. Jabatannya juga bukan kaleng-kaleng, beliau termasuk salah satu pendiri partai, kemudian ditunjuk sebagai sekjend dan menjadi ketua umum partai sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Pada tahun 1999 Cak Imin ikut pemilu dan berhasil lolos menjadi anggota DPR RI lewat partai besutannya, PKB. Ketika terpilih, usianya baru 33 tahun. Lalu, didaulat menjadi wakil ketua DPR RI periode 1999-2004 dan otomatis menjadi pimpinan parlemen termuda pada saat itu. Dan sekarang, Cak Imin juga masih di senayan, menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024. Selain pernah menjabat wakil ketua DPR RI, Cak Imin juga pernah menjabat sebagai wakil ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) periode 2018-2019. Selain di Parlemen, Cak Imin pernah juga menduduki jabatan publik, yakni Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada masa pemerintahan Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Inilah deretan rekam jejak Cak Imin alias Gus Muhaimin, mulai dari pendidikan, pengetahuan dan pengalaman menjadi pejabat publik. Bila diukur berdasarkan kurun waktu, maka Cak Imin termasuk orang yang sudah malang melintang di dunia politik. Dalam arti lain, pengalamannya memimpin organisasi, partai dan bangsa sudah sangat matang dan teruji dari masa ke masa. Teruji, karena menurut beberapa survei, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) termasuk partai yang tidak akan lolos parliamentary threshold atau batas minimum lolos senayan setelah masa Gus Dur berakhir, namun faktanya malah sebaliknya.
Terpilihnya Cak Imin sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Raysid Baswedan pasti tidak terlepas dari rekam jejaknya selama ini. Ia ketua umum partai, punya basis dukungan NU memiliki seabrek pengalaman dan tentunya berwawasan luas. Hemat saya, Cak Imin memang sudah memenuhi syarat dan rukun bila hendak memimpin Indonesia. Selain yang disebutkan di atas, Cak Imin juga merefresentasikan dirinya sebagai santri, kyai dan politisi. Ketiga poin ini jarang dimiliki oleh orang lain, dan jika ingat santri serta kyai maka keluhuran adab begitu terasa karena menjadi ciri khas dari mereka.
Ya, secara psikologis, para santri pasti tahu bagaimana kehidupan sehari-hari di pesantren dan apa kontribusi mereka terhadap bangsa dan negara dari sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Lebih jauh, santri dan kyai identik dengan orang Islam dan peragaan ajaran agama Islam itu sendiri. Sehingga, kalau Anies-Muhaimin terpilih menjadi presiden dan wakilnya nanti maka, kehidupan bernuansa Islami itu akan semakin terasa, dan pastinya ini akan menjadi catatan sejaran sekaligus kebanggaan bagi kaum abangan bahwa santri itu bukan hanya ngaji tapi juga mampu memimpin negeri tercinta ini.
Secara integiritas, sejak Cak Imin meleburkan diri di dunia politik dan menjadi pejabat, beliau tidak pernah tersangkut kasus korupsi atau pelanggaran hukum lainnya. Justru beliau capkali mendorong penegak hukum untuk meberantas korupsi sampai ke akar-akarnya. Artinya, bukan hanya mendukung tapi juga ikut andil dalam penegakan hukum serta pemberantasan korupsi. Jadi, Cak Imin termasuk pejabat yang bersih, jujur dan adil dalam menjalankan amanah publik. Adapun loyalitas kebangsaannya, sudah tidak diragukan lagi.
Hal yang tak kalah menarik tentang Cak Imin menurut saya adalah sikap santai dan suka guyon. Ini memang khas anak pesantren atau para santri, seberat apapun masalah yang dihadapi pasti bawaannya santai dan menikmati. Saya melihat, dalam setiap kesempatan, beliau selalu tampil dengan penuh senyum dan tenang, sesekali melontarkan guyonan khas santrinya, berupa humor, sehingga membuat yang mendengar dan membaca tertawa bahagia. Ini mungkin sepele dan sederhana, namun bagi seorang pemimpin di level manapun hal ini menjadi sangat penting dan menjadi modal utama dalam kepemimpinannya.