Lihat ke Halaman Asli

Abad Kolaborasi dan Sejarah Migrasi Ikan di Maybrat

Diperbarui: 7 Desember 2022   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Oleh: Bustamin Wahid

Pedagogik UNAMIN Sorong dan Peneliti Senior Pusat Studi Melanesia

Saya pernah di minta melacak dan menghimpun data tentang migrasi ikan leleh di Papua, sungguh ini adalah tugas sebagai peneliti lapangan. Pelan" menjejaki semua cerita data itu, nampak sulit bagi Saya.

Begitu sulit rasanya. Kembali merenungkan bahwa apa penting dan relevansi seorang Antropolog sekaliber  Anna L. Tsing mencari sejarah Ikan Lele di Papua? Yaaaaa, suda lah cari saja sebagai bentuk oleh-oleh terbaik dari Papua untuk California AS. Ini menjadi sejarah pengalaman menjadi seorang asisten peneliti kawakan seperti Anna.

Jejaring data semua sudah di gerakan, tapi belum kunjung ditemukan. Waktu-waktu terkuras dalam pencarian sumber tentang migrasi ikan dari luar Papua, semenjak 2021. Kita berada dalam revolusi sehari-hari untuk menyajikan sebuah fakta. Pelajaran berharga bahwa proses riset ada dua hal penting yang harus di tunaikan yakni memiliki ide riset dan mampu menunjukan fakta.

Pagi ini dikejutkan kekalahan Spanyol atas Maroko (3-0) di Pildun Qatar 2022. Pelajaran berharga tentang kebangkitan Diaspora sepakbola Maroko. Memang naluri manusia tidak lekang dari cerita manusia "memakan" manusia, konteks cerita ini menggambarkan bahwa Maroko atas Jerman. Pandangan demikian sering dirujuk oleh teori Marx dan ilmu-ilmu sosial.

Kita kembali merayakan kekalahan Spanyol, sambil melihat kembali buku setebal 365 hlm karya seorang Mansoben antropolog Uncen itu. Buku ini sengaja dibuka dengan cara acak, di hal 89 dibahas secara khusus tentang Orang Maybrat.  Mansoben (1995) mengutip laporan Pouwer (1957) bahwa ada sejumlah kelompok kecil orang yang tidak melakukan pekerjaan lain selain menangkap ikan saja dan membuat keuntungan yang baik dari jenis mata pencaharian ini.

Miedema (1986) riset-Nya menunjukan bahwa danau-danau Ayamaru terdapat kurang lebih 11 jenis ikan asli dan tujuh jenis ikan impor (ikan migrasi). Jenis-jenis ikan import antara lain adalah ikan mas (cyprinus carpoin), ikan sepat (Anabantidae), sepat siang (Trigogaster pectoralis), ikan ted (Helosgoramey). Reeskamp dan Boesseman (1959) menyebutkan bahwa ikan-ikan impor (ikan migrasi) itu pada tahun 1930 diambil dari Ambon oleh para serdadu Belanda yang bertugas di daerah Aamaru. Studi dokumennya menyebutkan bahwa pemerintah Belanda juga mendatangkan ikan mas (Cyprinus carpoin) dari Hollandia (Jayapura).

Ikan punya riwayat dan tarikan sejarah pasar yang panjang, ikan juga masuk dalam episode pertukaran (sejarah tradisonal). Bahkan bibit ikan juga bagian terpenting dalam perjumpaan modernitas antar bangsa luar dan orang Maybrat, selain kain timur ikan adalah peristiwa sejarah yang juga menarik dalam konteks sosial ekonomi danau di Maybrat.

Riwayat sejarah ikan impor telah mengejutkan kita bahwa, wawasan budidaya sudah tumbuh subur di pedalaman seperti di Maybrat. Kita juga telah dikabarkan oleh Pouwer (Mansoben, 1995)  bahwa kehadiran bangsa Eropa pertama kali  yang mengunjungi Maybrat dari suatu tim ekspedisi pemetaan Belanda pada tahun 1908.

Ikan dan kain timur memiliki posisi strategis dalam mendorong imajinasi dan proses pertukaran ekonomi di tanah Maybrat, bahkan diketahui ekonomi demikian tinggi beriringan dengan status kelas sosial/struktur sosial. Kajian sosiologis pengetahuan lokal masyarakat Maybrat mengajari kepada kita bahwa masyarakat yang hidup dalam arena pertukaran disebut Bobot.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline