Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Uni Soviet, Negara Adi Kuasa yang Telah Binasa

Diperbarui: 4 April 2017   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1356376411724504503

[caption id="attachment_216418" align="aligncenter" width="634" caption="peta wilayah Uni Soviet"][/caption]

Hari ini 26 Desember tepat 21 tahun yang lalu secara resmi tamatlah riwayat sebuah negara terbesar wilayahnya di era modern yaitu Uni Soviet. Negara yang secara kultur masuk ke Eropa namun secara geografis membentang ke selatan dan tenggara masuk Asia Tengah ke utara dan timur melewati Siberia sampai berbatasan lewat selat dengan Alaska.

Nama resmi negara tersebut dalam bahasa Inggris adalah Union of Soviet Socialist Republics ( USSR ) sering juga disebut Soviet Union. Sebelum tahun 90an, kalau sering lihat tulisan CCCP pada kostum atlet yang bertanding di Olimpiade atau pemain tim nasional sepakbola , itu adalah singkatan negara USSR dalam bahasa Rusia. Ya, Rusia adalah negara 'induk' yang membentuk Uni Soviet selain beberapa negara lain di Eropa Timur, Kaukasus dan Asia Tengah.

Kekalahan perang Rusia pada Perang Dunia I yang membawa dampak kekacauan ekonomi, sosial dan politik serta menguatnya Partai Komunis menjadi latar belakang terbentuknya negara ini. Revolusi Oktober 1917 yang dilancarkan kaum Bolshevik  yang dimotori para buruh (proletar) berpaham komunis  berhasil menumbangkan sistem monarki dibawah Tsar Nicholas II, kaisar terakhir kekaisaran Rusia. Dilanjutkan Perang Sipil antara Tentara Merah ( terdiri dari buruh dan petani ) yang dibentuk kaum Bolshevik melawan Tentara Putih yang merupakan kaum Nasionalis Rusia yang merupakan sisa sisa kekuatan Tsar. Perang Sipil berakhir dimenangkan kaum Bolshevik dan membentuk negara baru Uni Soviet pada Desember 1922. Pemimpin kaum Bolshevik, Vladimir Lenin menjadi pemimpin pertama Uni Soviet yang memerintah dari tahun 1922 - 1924. Jika Karl Marx adalah seorang penggagas komunisme maka Lenin adalah orang pertama yang mampu menerapkannya sebagai landasan bernegara. Pada masa Uni Sovyet kepala pemerintahan adalah juga pemimpin Partai Komunis ( biasanya Sekjen ) dan kekuasaannya cenderung absolut dan otoriter. Pada masanya, Lenin mengubah nama kota terindah yang merupakan kota terbesar kedua setelah Moskow yaitu Saint Petersburg - sempat bernama Petrograd - menjadi Leningrad ( artinya kota Lenin ). Setelah Uni Sovyet bubar pada tahun 90an nama Saint Petersburg di pakai lagi hingga kini.

Leon Trotsky, orang kepercayaan Lenin sempat menjadi pemimpin sebentar sepeninggal Lenin pada tahun 1924 sebelum disingkirkan oleh intrik politik dalam internal partai komunis yang dimotori oleh Joseph Stalin. Joseph Stalin, seorang pria dari Georgia merupakan pemimpin Uni Sovyet paling lama sekaligus di masa dia Uni Sovyet mengalami masa suram sekaligus 'kegemilangan'. Musibah kelaparan dikarenakan kebijakan pertanian yang salah, kontrol negara yang sangat represif melalui polisi rahasia NKVD hingga kegemilangan dalam Perang Dunia II. Stalin adalah pemimpin Sovyet paling berlumur darah. Korbannya bukan hanya rakyatnya sendiri bahkan rival politik di internal Partai Komunis tak luput dari kekejamannya. Tak mau kalah dengan Lenin dia mengubah nama kota industri Volgograd menjadi Stalingrad ( kota Stalin ). Kelak setelah Stalin meninggal di tahun 1953 dan dengan adanya gerakan de-Stalinasi namanya kembali jadi Volgograd ( kota ditepi sungai Volga ). Kota ini dikenal pada peristiwa ' The Battle of Stalingrad ' pertempuran paling sengit pada masa PD II dimana pasukan Nazi Jerman mengalami kekalahan pertama dan terbesar. Kekalahan yang menghancurkan mitos tentara Nazi Jerman tak terkalahkan dan menjadi titik balik PD II karena setelah itu Tentara Merah terus merangsek maju ke barat hingga menduduki Berlin, ibukota Jerman.

Pasca PD II, Uni Sovyet menduduki negara negara Baltik dan menjadikan negara negara Eropa Timur taklukan sebagai negara satelitnya dengan kontrol yang ketat dan memaksakan paham komunis/sosialisme sebagai ideologi negara. Dan mulailah dunia mengalami apa yang disebut Perang Dingin. Perang Dingin dimulai pasca PD II antara blok Barat yang dimotori Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya melawan blok Timur dimana Uni Sovyet dan Eropa Timur sebagai sekutunya. Blok Barat membentuk NATO ( Pakta Pertahanan Atlantik Utara ) sedangkan blok Timur membentuk Pakta Warsawa. Pertarungan sekaligus melibatkan ideologi demokrasi - kapitalisme melawan komunis - sosialisme. Dimulailah era perlombaan senjata nuklir, perlombaan ke ruang angkasa hingga berebut pengaruh di dunia ketiga termasuk Indonesia.

Pada tahun 60an walaupun Indonesia tergabung dalam gerakan non blok namun lebih mesra dengan blok Timur. Mungkin pilihan ini didasari karena Indonesia sedang dalam upaya pembebasan Irian Barat melawan Belanda dan konfrontasi dengan Malaysia yang didukung Inggris. Praktis keduanya didukung blok Barat sehingga Bung Karno menjalin aliansi dengan Nikita Kruschev - pengganti Stalin - karena Presiden AS John F Kennedy menolak memberikan bantuan militer ke Indonesia. Keberadaan Partai Komunis Indonesia tidak bisa dilepaskan dari aliansi ini. Bantuan persenjataan dari Uni Sovyet membuat Indonesia menjadi kekuatan militer terbesar di belahan bumi selatan. Bayangkan AL kita sudah mengoperasikan kapal selam yang ikut Operasi Mandala membebaskan Irian Barat. Angkatan Udara dilengkapi dengan pesawat temput tercanggih saat itu MIG buatan Sovyet. Namun intrik politik dalam negeri di tahun 65-66 mengakhiri kemesraan Indonesia dengan Uni Sovyet ( dan China ). Indonesia menjadi ajang berebut pengaruh antara blok Barat dan Timur. Ditengarai ada peran CIA dalam prahara politik tahun 1965-1966. Dan sejak orde Baru, Presiden Suharto lebih bersahabat dengan blok Barat meski Indonesia tetap Non Blok. Hal ini berpengaruh pada beberapa mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di negara blok Timur tidak bisa pulang karena dihentikan bea siswanya dan cenderung dicap komunis. Monumen peninggalan kerja sama Indonesia - Uni Sovyet yang masih kokoh berdiri adalah Stadion Gelora Bung Karno yang arsitekturnya sama persis dengan Stadion Luzhniki di Moskow. Sementara karena desakan Bung Karno pemerintah Uni Soviet memugar komplek pemakaman ulama Islam Imam Bukhori di kota Bukhara, Uzbekistan yang sebelumnya dibiarkan tidak terawat oleh penguasa Komunis setempat.

Pada masa perang dingin meski tidak ada kontak fisik langsung antara Uni Sovyet dan AS dan sekutunya namun mereka selalu terlibat pada beberapa perang di negara lain dengan menyuplai senjata bahkan tentara. Perang Korea di awal tahun 50an yg memecah Korea jadi dua negara dan masih panas hingga kini. Jika AS tidak menurunkan tentaranya hampir pasti seluruh Korea jatuh ke tangan Komunis. Kemudian pada tahun 1961 dunia di ambang Perang Nuklir dipicu oleh pengiriman rudal Soviet ke Kuba sebagai upaya melindungi Kuba dari serangan AS menyusul insiden Teluk Babi. Moncong moncong rudal telah diarahkan ke daratan AS. Krisis yang dikenal dengan Krisis Rudal Kuba berakhir setelah Presiden Kennedy memberi jaminan ke Kruschev bahwa AS tidak akan menyerang negerinya Fidel Castro tersebut. Kemudian Perang Vietnam yang berakhir dengan jatuhnya Vietnam Selatan yang didukung AS ke dalam dekapan Vietnam Utara yang komunis. Kehadiran ribuan pasukan AS tak bisa menyelamatkan Saigon -kemudian menjadi Ho Chi Minh City- jatuh dan terpaksa menarik pulang pasukannya.  Perang Afghanistan yang berakhir dengan hengkangnya Uni Sovyet diusir pasukan Mujahidin yang mendapat supply senjata dari Amerika. Rudal Stinger banyak memakan korban helikopter dan tank Soviet. Belum lagi beberapa konflik di Timur Tengah dan Amerika Latin selalu menghadirkan dua kekuatan adi daya tersebut.

Dinamika politik dunia benar benar diwarnai oleh persaingan kedua blok tersebut. Tak terkecuali dalam olahraga dimana blok Barat memboikot Olimpiade 1980 di Moskow dan blok Timur membalas ketika Olimpiade berlangsung di Los Angeles pada tahun 1984. Hollywood pun dipenuhi oleh tema tema perang dingin dari Rambo, James Bond hinnga Rocky yang semuanya mempertontonkan superioritas blok Barat atas rivalnya.

Hingga di tahun 80an kebijakan Uni Sovyet yang banyak membantu negara sekutunya membawa konsekuensi kesulitan ekonomi di dalam negerinya.Naiknya Mikail Gorbachev di pertengahan 80an membuat perubahan dengan kebijakan glasnots ( keterbukaan ) dan perestroika( restrukturisasi ekonomi ) nya. Sementara kebijakan luar negeri dia lebih membuka diri dengan musuhnya dengan mengadakan perundingan perlucutan senjata bersama Presiden Ronald Reagan dan penggantinya George Bush Senior. Di satu sisi kebijakan glasnots dan perestroika memberikan kesempatan yang lebih luas pada kebebasan dan demokrasi di dalam negeri sehingga mengancam hegemoni Partai Komunis. Sementara berkurangnya kontrol dan pengaruh terhadap negara negara boneka di Eropa timur menimbulkan revolusi yang menumbangkan rejim tiran. Dari Rumania, Bulgaria, Hongaria, Polandia, Cekoslovakia dan Jerman Timur hingga peristiwa fenomenal robohnya tembok Berlin yang jadi simbol batas blok barat dan blok timur. Di tambah pergolakan di negara negara Baltik ( Lithuania, Estonia, Latvia ) yang berupaya memerdekakan diri sejak diduduki pasca PD II menandai berakhirnya komunisme di Eropa. Menguatnya kubu oposisi yang dipelopori Boris Yeltsin dan melemahnya kontrol Moskow mengakibatkan satu persatu negara negara yang tergabung dalam Uni Sovyet memerdekakan diri. Negara negara tersebut minus 3 negara Baltik dan Georgia membentuk CIS - Persemakmuran Negara-negara Merdeka - yang kemudian mendeklarasikan Uni Sovyet resmi bubar pada tanggal 26 Desember 1991. Dan sejak itu peta politik dunia berubah dari bipolar ( dua kutub kekuatan ) menjadi single polar dengan Amerika Serikat sebagai kekuatan tunggal yang mengacak acak tatanan dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline