Lihat ke Halaman Asli

Anton Irza

Hanya petani biasa

Ada Cinta Terselip di Antara Kaca Jendela Kamar

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah sepotong kisah masa laluku, sebuah drama percintaan klasik yang sering mebuatku geli dan tertawa sendiri bila mengingatnya. Aku baru menyadari bahwa kisah cinta pertamaku adalah sebuah kisah percintaan yang ajaib sekaligus lucu. Mungkin benar kata orang, walaupun telah banyak cinta yang datang dan pergi namun cerita cinta pertama selalu abadi. Hahaha….
Kisah ini bermula waktu aku baru menginjak usia belasan dan baru saja mencoba duduk dibangku kelas satu sekolah lanjutan pertama. Disaat itu cinta pertama kali menyapaku, dan membiarkanku merasakan bagaimana jatuh cinta. Rasanya begitu menyesakan dada dan membuat hariku penuh kegalauan saat itu.
Nama nya Paris, tidak ada tambahan Hilton dibelakangnya. Walaupun kurusnya dan tingginya hampir mendekati, tapi sumpah dia bukan bagian dari dynasty Hilton. Dia hanya anak dari orang tua nya yang blasteran Painan, Pesisir Selatan Sumbar dan Pariaman. Mungkin orang tuanya memeberi nama Paris untuk menegaskan bahawa dia adalah murni keturunan Pariaman Sekitar.
Aku dan Paris sudah kenal sejak lama, karena memang kami bertetangga. Kami tinggal dan tumbuh dilingkungan yang sama. Dan sumpah, baik aku maupun dia sudah mengenal luar dan dalam, baik dan buruk nya, dan semuanya termasuk keluarga masing-masing. kami pernah berada di TK yang sama dan tempat mengaji yang sama juga, namun sekolah tidak pernah sama.
Sampai saat aku jatuh cinta pun, kami tidak memiliki sekolah yang sama, aku sekolah di MTsN Padang Panjang dan dia SMP 2 Padang Panjang. Walaupun sekolah kami berbeda kami selalu berangkat sekolah barengan, karena sudah menjadi kebiasan bagi kami sejak zaman pra sejarah dulu. Sehingga kebiasaan berangkat sekolah berjamaah itu tetap berlanjut sampai saat SMP.
Waktu jaman kami sekolah dulu, daerah komplek tempat kami tinngal memang masih berada dalam zaman batu. Tidak ada angkot yang datang, apalagi ojek. Sehingga kami sudah terbiasa dengan becek. Sehingga kami perlu berjalan beberapa menit menuju terminal mikrolet, dan dari sana baru berpencar menuju sekolah masing-masing.
Selama awal-awal catur wulan pertama tidak ada yang berubah dari kami, kami tetap sahabat dan musuh abadi. Tidak ada yang berubah dari kami, mungkin lantaran sudah saling mengenal dan memahami setiap bentuk kelemahan dan kekurangan masing-masing. Namun semua nya berubah waktu awal catur wulan kedua, waktu memang terasa begitu singkat karena masih ujian tiga kali dalam setahun.
Semakin kumemperhatikan Paris dengan semua tindak tanduknya, jantungku langsung bekerja ekstra keras. Tawanya, senyumanya, dan gerak langkahnya seakan membuat duniaku jungkir balik. Ada hasrat lain yang menghampiriku dan tidak pernah kurasakan sebelumnya, aku tidak tau sama sekali kalau aku telah jatuh cinta.
Tanpa disadari, perhatianku menjadi lebih kepada paris. Aku nyaman saat bisa berbagi dan mencurahkan segenap perhatian untuk Paris walaupun sedikit curi-curi, karena belum berani tampil dan masih cupu. Semakin hari semakin galau yang kurasakan, namun aku masih belum tau apa sebenarnya yang terjadi pada diriku.
Karena saking galaunya akhirnya aku mencoba bertanya sambil bercerita kepada sepupuku, Noldi. Usiaku dan Noldi terpaut beberapa tahun, namun walaupun usianya kami beda tipis, aku yakin dia adalah orang yang tepat dan bisa memmberikan jawaban atas kegalauan yang kurasakan.
Ternyata benar, tanpa harus menunggu lama aku langsung didakwa telah jatuh cinta oleh Noldi. Dan dengan semangat juang yang berapi-api Noldi menyuruhku untuk melanjutkan perjuangan, dengan meyakinkanku kalau dia sering mengalaminya. Memang sih, dia adalah seorang playboy kala itu. Buktinya aja, pacar dan mantannya ada banyak.
Sedikit malu-malu kucing, tapi hatiku senangnya minta ampun mendengar dakwaan itu. Masalah baru pun muncul setelah itu, aku binggung bagaimana cara untuk menyampaikan perasaanku kepada Paris. Hampir satu bulan aku berperang dengan perasaanku, sehingga membuatku semakin galau saat bertemu paris setiap pagi mau berangkat sekolah dan juga saat marathon berjamaah di hari libur.
Hingga akhirnya seorang sahabatku bernama Adi menyuruhku menuangkan segala hal yang kurasakan kedalam surat dan diserahkan kepada paris, dengan kata lain membuat surat cinta. Karena itulah jalan satu-satunya agar perasaanku tidak selamanya terpendam dalam hati, dan juga saat itu memang belum ada facebook, twitter, dan sebagai nya. Hape aja belom ada buat sms, pager aja baru beberapa tahun setelah itu.
Surat cinta pertamaku ternyata membutuhkan tim khusus untuk mebuatnya. Aku dibantu tiga orang teman yang juga sahabatku hingga saat ini, Tarend, Adi, dan Jimmy untuk mebuat selembar surat cintaku untuk Paris. Meskipun telah bekerja sama dalam tim, kami tetap saja merampungkan surat itu dalam waktu beberapa hari. Ada banyak editing dan pemotongan, sehingga memakan waktu.
Dan barulah pada hari ketiga surat cinta itu kelar dengan penuh perjuangan dan pengorbanan dari tim kerjaku. Setelah surat itu kelar, tinggal satu masalah lagi, bagaimana cara menyampaikannya? Teman-temanku yang menolong membuat surat itu tidak ada yang menjadi tukang pos cintaku kepada paris. Dan aku tidak punya teman lain yang bisa aku percaya untuk menyampaikan surat berharga itu
Setelah hampir satu minggu surat itu masih tersimpan rapi dalam kotak rahasiaku yang tidak seorangpun mengetahui tempatnya. Akhirnya sebuah ide gila muncul, aku harus menyerahkan surat itu sendiri tanpa ada perantara. Tapi aku masih belum memiliki cukup keberanian untuk memberikannya langsung ketangan Paris.
Sebuah kesempatan akhirnya datang, waktu itu tanggal merah di hari Sabtu. Setelah semalaman kuseting ulang isi surat yang merupakan hasil kerja kerasku bersama tiga orang temanku dengan bahasa inggris. Berbekal kamus Inggris – Indonesia milik noldy, kusulap semua isi surat itu menjadi bahasa inggris.
Setelah setiap kata yang seharusnya ada dalam Bahasa Indonesia diganti dengan Bahasa Inggris dengan susunan kata seadanya, lalu kucarikan sebuah amplop. Namun sayang, waktu itu aku belum siap. Aku tidak memiliki amplop warna-warni dengan kertas yang bewarna juga yang lagi trend waktu itu, dan juga mungkin karena memang baru pertama kali membuat surat cinta.
Jadi kuambil saja sebuah amplop putih biasa punya orang tuaku yang ada banyak dirumah. Tapi aku tidak mau memberikan sesuatu yang biasa kepada Paris, jadi ku beri gambar logo tim basket kesukaanku “76ers”, diatas kertas amplop putih itu. Sangat kreatif dan sangat menggelikan….
Sengaja pagi itu aku bangun lebih cepat dari biasanya.beberapa menit sebelum shalat subuh aku telah bangun, dengan modus pergi pemanasan keluar rumah untuk marathon nanti aku langsung cabut menuju rumah Paris yang hanya berjarak tiga rumah dari rumahku. Aku sangat hafal dimana letak kamarnya, karena kami memang sering belajar kelompok.
Sesampainya didekat kamar Paris, dengan hati-hati kuselipkan surat itu dibawah kaca jendela kamarnya. Dag…dig…dug…. Detak jantungku bagaikan bedug masjid. Tanganku gemetar, dan pagiku menjadi panas, dan plung…akhirnya aku berhasil menyelipkan surat itu kedaalam kotak pos cintaku.
Misi sukses, dan tanpa banyak pertimbangan lagi aku langsung lari secepat bayangan kembali kerumahku, takut nanti ketahuan dan dikirain tukan intip. Sesampai dirumah , malah aku jadi parno sendiri. Baru saja sebuah pikiran aneh mendatangiku,bagaimana kalo nanti yang menemukan surat itu adik nya, atau mama nya yang kebetulan lagi nyapu-nyapu kamar… waduh …gawat…bisa-bisa aku kena gantung.
Aku mencoba menenangkan perasaanku, dengan berlagak tidak pernah ada kejadian apa-apa tadi sebelum subuh pas saat marathon berjamaah nanti. Aku Cuma bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi, dan aku berharap Paris lah orang pertama yang menemukan dan membaca surat yang berisikan segudang kata-kata cintaku, bukan adiknya, mamanya ataupun papanya.
Terpaksa pagi itu aku menjaga jarak dengan Paris, aku tidak mau menjadi bahan ejekan jamaah-jamaah marathon yang lain kalau aku ketahuan melakukan tindakan bodoh tadi pagi. Jantungku masih jumpalitan setiap kali mencuri pandang melihat Paris, apalagi saat ketahuan jantungku seakan mau keluar dari sarangnya.
Sepanjang acara marathon itu aku banyak diam, begitupun dengan Paris. Ada sih teman-teman yang menggoda aku maupun Paris, namun aku berusaha sedikit Jaim biar suasana sama seperti biasanya. Hingga akhirnya Emil adiknya paris datang menghampiriku.Aku kaget setengah mati, kenapa dia yang nongol, jangan-jangan yang baca surat itu dia.
Jantungku semakin berdetak kencang dan nafasku mulai habis saat dia mulai bicara dengan ku sambil memberikan sesuatu. “Uda, ini dari uni Paris.’… ujar emil kepadaku. Sebuah amplop bewrana merah jambu diselipkannya di tanganku. Antara senang dan sesak nafas kuterima amplop itu dan mengucapkan terima kasih.
Emil pun kembali berjalan kedekat paris, dan secepat kilat kusimpan amplop itu agar tidak ada orang lain yang melihatnya. Rasa penasaranku melambung, padahal aku baru beberapa jam yang lalu memasukan surat cintaku kedalam kotak pos berdinding kaca, tapi aku telah menerima surat lagi sekarang dengan bungkus yang berbeda. Ini bukan suratku yang tadi.
Ingin rasanya segera mencari tempat sepi untuk membuka amplop itu. Tapi aku masih belum bisa menghilang, karena teman-temankuku masih mau terus melanjutkan acara marathonnhnya. Terpaksa kuharus kembali bersabar untuk membuka amplop itu dirumah, dan akan kukunci kamarku agar tidak seorangpun ikiut membacanya.
Hatiku telah berteriak kegirangan karena suratku mendapat balasan walaupun belum tau isinya apa. Apakah itu penolakan atau aku diterima, aku tidak peduli karena aku ingin segera membuka amplop itu dan melihat isinya. Hatiku berbunga-bunga pagi itu, seakan semua bunga yang ada di pasar bunga berkumpul disatu tempat. Lebay….
Sesampai dirumah kubuka amplop itu dengan hati-hati, karena aku tidak mau amplop nya robek. Karena amplop dan isinya itu adalah benda yang sangat beharga bagiku dan akan selalu kujaga sampai saat aku lupa meletakannya dimana. Amplop dan pink itu ternyata berisikan dua lembar kertas bewarna pink juga. Kubuka lipatan kertas surat dalam amplop itu, tulisannya seakan bersinar terang menerangin wajahku yang memang sedikit agak gelap.
Sedikit kaget saat membaca melihat tanggal surat itu, ternyata surat itu juga telah lama disiapkan. Dengan isi yang menytakan hal yang sama seperti yang kutuliskan dalam suratku. Dia juga suka padaku, aku kaget setengah mati, ternyata selama ini dia juga memendam rasa yang sama dengan apa yang kurasakan.
Tanpa menunggu lama setelah mebaca surat yang sebeanranya cukup panjang dengan tulisan tangannya yang khas, aku langsung membuat sutrat kedua sebagai balasan dan mempertanyakan langkah selanjutnya. Surat kedua pun melewati kotak pos yang sama sehabis shalat isya dihari itu juga, jendela kamar. Dengan bahasa campur sari, Indonesia, Inggris dan Minang, karena aku tidak punya cukup waktu utnuk buka kamus.
Dan paginya aku telah menerima balasan dari surat itu. Balasannya tidak lagi melalui emil seperti kemaren pagi,namun langsung kuterima dikamarku,tepat dibagian bawah jendela kamarku. Aku tidak peduli siapa yang menyelipkannya, yang aku peduli isi surat itu karena aku yakin surat itu berisikan jawaban.
Memang benar, hari itu juga aku dan Paris resmi pacaran. Walaupun pacaran hanya berani melalui surat dan tidak bernyali bicara langsung, namun kami sangat menikmatinya. Mungkin ada segudang kata-kata manis yang pernah ternagkai dalam surat-surat itu. Ada janji dan juga harapan, semuanya tertuang dalam surat yang dikirim langsung kedalam kotak pos pribadi kami berdua.
Dan karena surat-surat itu kami telah berani mencoba gerbang kehidupan kami kearah yang lebih baik untuk masa depan. walaupun Paris bukan masa depanku dan juga sebaliknya, namun kami memeiliki kenangan yang tidak pernah terlupakan sepanjang hidup kami. Tetanggaku adalah idolaku, dan dia adalah cinta pertamaku.
Walaupun kami cuma berpacaran beberapa bulan saja, namun sampai sekarang aku dan Paris tetap bersahabat. Kami masih sering tertawa dan bercerita bersama, dan sudah tidak lagi seperti dulu waktu zaman surat menyurat. Sekarang kami telah bahagia dengan pilihan jalan hidup masing-masing-masing. aku dengan hidup ku, begitupun Paris.
Namun aku masih memiliki hutang yang belum terbayarkan kepada Paris saat ini, kado pernikahannya. Waktu hari bahagia Paris, aku tidak bisa menghadiri karena sedang menjalankan tugas yang tidak bisa kutinggalkan, sehingga aku cuma bisa mengucapkan selamat via telpon SLJJ, dan aku menjanjikan kado pernikahan untuknya akan kuantar langsung saat aku pulang nanti.
Buat yang terbaik aku juga harus memberikan yang terbaik, dan aku telah berjanji kepada sahabat sekaligus cinta pertamaku. Isi kado itu permintaan langsung dari paris. Kadonya sudah ditangan, namun aku masih belum juga bisa memberikan dan mengucapkan selamat langsung kepada Paris dan Suaminya. Paris tidak mau kadonya dikirim melalui jasa pengiriman, dia ingin kado itu langsung aku antar kepada mereka.
Baiklah, aku pasti akan mengantarkannya langsung kedepan pintu rumahnya, kali ini paket dariku tidak akan melewati kaca jendela kamar lagi. Karena takut digebukin suaminya, dikirain aku mengintip…. Hahaha 
**230713**
Sarang @buruank #MinangkabauLand #WestSumatra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline