Salam Olah Raga dan sehat selalu kepada para kompasianer semuanya...
Sudahkah kalian membaca tentang 7 manifesto KPSI yang dihasilkan dari Kongres Luar Biasa (KLB) di Hotel Mercure, Ancol ? Kalau belum silahkan anda membacanya, di berbagai media online maupun cetak sudah ramai membahasnya, bahkan juga beberapa mempertanyakannya.
http://sport.detik.com/sepakbola/read/2012/03/19/132229/1870895/76/motif-kpsi-dipertanyakan
Memang sangat miris mendengarnya, penyelamat yang diharap-harap menyelamatkan Indonesia dari kehancuran justru mereka (KPSI) yang akan menggiring kita ke jurang kehancuran itu, bagaimana tidak dari tujuh manifesto tersebut, poin terakhir menyebutkan, "Daripada menyerah dan melakukan rekonsiliasi lebih baik menerima sanksi FIFA, dengan alasan yang menerima sanksi bukan hanya klub pendukung KPSI namun juga seluruh anggota PSSI".
Pemikiran yang sangat sempit dan tidak logis dikeluarkan oleh kelompok yang menyebut dirinya 'Penyelamat Sepakbola Indonesia'. Saya pun belum dengar/baca bagaimana pendapat para pemain sepakbola profesional kita yang selama ini hidup dan menafkahi keluarganya lewat sepakbola. Semoga dengan membaca/mendengar berita ini mereka semua terbuka hatinya untuk bisa melihat siapa sesungguhnya yang ingin menghancurkan sepakbola.
Ada pro pasti ada kontra, seperti kata-kata yang selalu saya ingat dari serial game favorit saya "shadow and light are two sides of the same coin, one cannot exist without the other". Perbedaan itu hal yang biasa, dan memang harus ada, jadi tergantung ingin menjadi apa kita, shadow (keburukan) atau light (kebaikan). Kalau boleh saya tanya mana yang baik dan yang buruk, menjaga agar Indonesia tidak disanksi atau mengharapkan (bahkan mengupayakan) FIFA mensanksi Indonesia??? jawab pake nurani ya!!!. . . Nah disitu kita bisa tau letak mana yang shadow dan dimana yang light.
Sebagai masyarakat pecinta sepakbola khusunya Indonesia pasti tidak akan rela jika (amit-amit) sepakbola Indonesia terkena sanksi FIFA. Nah anehnya tidak sedikit juga masyarakat 'pecinta bola' yang berharap Indonesia disanksi FIFA dengan alasan naif agar Indonesia bisa belajar dari Brunei dan agar kisruh ini segera terselesaikan. Pertanyaannya, ada jaminan bila kita disanksi masalah (kisruh) ini bisa selesai...???
Oke, cukup basa-basinya, kembali ke Judul. Kira-kira burung garuda cocok ga ya disangkarkan layaknya burung perkutut atau burung kutilang ? (haha...nyengir sendiri ngebayanginnya :D ). Burung garuda adalah burung yang gagah nan menakutkan bung, bukan burung centil (pintar nyanyi) seperti kutilang, perkutut ataupun burung beo. Nah ketika Garuda dikandangkan semua orang akan tertawa dengan kekonyolan ini, Garuda yang ditakuti di ASEAN kini hanya bisa meringkuk di dalam sangkarnya melihat dengan 'mupeng' teman-temannya berburu mangsa terbang kesana-kemari di alam liar nan luas. Sedangkan sang Garuda hanya makan pelet yang diberi oleh majikannya, miris sekali membayangkannya.
Banyak sebagian orang menyangka dengan sanksi ini Indonesia bisa berbenah dan menyelesaikan kisruh selama ini. Tapi adakah sosok yang bisa menjamin hal ini? Menpora? KONI? Presiden? atau KPSI? saya pribadi tidak akan pernah menaruh harapan kepada sosok yang saya sebutkan tadi.
Lalu pertanyaan besarnya. Apa yang akan didapat Indonesia dari sanksi FIFA? Yang jelas dan sudah pasti setidaknya ada empat akibat nyata yang akan ditanggung Indonesia, yaitu Indonesia tidak bisa mengikuti kegiatan internasional di bawah FIFA, bantuan dana dari FIFA senilai US $ 250 ribu dolar setiap tahun akan dihentikan, seluruh komponen Indonesia seperti wasit tidak boleh aktif di level internasional, dan Indonesia tidak boleh menerima proyek-proyek yang sifatnya bantuan dari FIFA.