Lihat ke Halaman Asli

Burhan Yusuf

Pena adalah kawan, tinta adalah hembusan.

Jangan Menangisi Susu yang Telah Tertumpahkan!

Diperbarui: 7 April 2021   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

depositphotos.com

Sebagian orang menanggap bahwa sifat perangai, pola pikir, dan adat masyarakat dimana dia tumbuh adalah sesauatu yang sudah mutlak dan  tidak bisa dirubah. Hal ini menjadikan seseorang pasrah akan keadaan seperti hal nya pasrah atas bentuk tubuh dan warna kulit pemberian Tuhan yang tidak mungkin dapat dirubah kembali.

Namun, orang yang cerdas dan bijak beranggapan bahwa sifat, perangai dan pola pikir ternyata dapat dirubah bahkan lebih mudah daripada sekedar merubah dan mengganti fashion. Hal ini disebabkan karena tabiat dan sifat kita bukanlah seperti susu yang telah dit+umpahkan dari cawannya dan tidak mungkin disatukan kembali, tetapi sifat,perangai, dan tabiat itu ada di tangan kita. Melalui cara-cara tertentu sangat memungkinkan kita bisa merubah sifat dan kebiasaan manusia bahkan pola pikir nya juga.

Ibnu Hazm menyebutkan dalam kitabnya Thauq al hamamah sebuah kisah yang apik sarat dengan nilai, bahwasanya :

Dahulu kala, tersebutlah seorang pedagang yang sangat terkenal berasal dari Andalusia. Dia memiliki peringai yang baik, namun hal ini justru membuat pedagang yang lain menjadi iri hati dan mereka bersepakat untuk mengganggunya sehingga membuatnya marah.

Suatu pagi, sang pedagang keluar dari rumahnya berjalan menuju tempat dimana dia biasa berjualan dengan menggunakan pakaian yang sangat indah berwarna putih dan imamah (penutup kepala khas orang Arab) berwarna putih pula. Dalam perjalanan sang pedagang bertemu dengan kawannya yang pertama.

Orang pertama, "Sungguh indah imamah mu ini yang berwarna kuning !!".

"Sungguh matamu telah dibutakan, imamah ini berwarna putih", ucap pedagang sembari tertegun.


Orang pertama, "tidak, itu berwarna kuning .. tetapi itu sangat indah".

Sang pedagang pun meninggalkan orang tersebut dan berlalu. Ketika berjalan kembali, dia bertemu dengan orang kedua dan kembali menyapa seraya menanyakan perilah penutup kepalanya.

Orang kedua, "Sungguh indah imamah mu ini yang berwarna hijau !!".


Pedagang, "tidak, imamah ini berwarna putih".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline