Lihat ke Halaman Asli

Sesosok Wanita yang Menjadi Tulang Punggung Keluarganya

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada kehidupan sehari-hari banyak kita temukan penyimpangan. Penyimpangan di bagi menjadi dua yaitu penyimpangan positif dan penyimpangan negatif. Saya akan memberikan contoh cerita tentang penyimpangan positif. Ada sebuah keluarga yang bertempat tinggal di daerah Jl.Jatikramat. Di dalam keluarga tersebut terdapat 5 orang anggota keluarga, yaitu Ibu, Ayah dan ketiga anaknya. Si Ibu yang bernama Ayu, Ayahnya yang bernama Panjul dan ketiga anaknya yaitu Anwar, Udin, dan Hanifa.

Anaknya yang pertama bernama Anwar berpendidikan di UNINDRA (Universitas Indraprasta PGRI) mengambbil jurusan Industri dan sekarang sudah semester 3. Anak yang ke 2 yaitu Udin bersekolah di SMAN 3 Bekasi kelas XI mengambil jurusan IPS. Anak yang ke 3 Hanifa dia berpendidikan di Pesantren At-Taqwa Putri Pusat di daerah Babelan.

Di keluarga ini Ayahnya berprofesi sebagai antar jemput menggunakan motor. Ayahnya mengantar dari Jatikramat ke SD Angkasa 12. Sekali mengantar ia membutuhkan bensin sekitar Rp.10000 untuk bolak balik. Ayahnya mendapatkan penghasilan perbulan sebesar Rp.700000. Jadi, keuntungan dia adalah Rp.200000. Karena apabila ia sebulan mengantar berarti 30X10000=Rp.300000 jadi keuntungan dia adalah Rp.700000-Rp.300000=Rp.400000.

Ibu nya berprofesi sebagai tukang sayur. Menurut orang sekitar, Ibu Ayu adalah orang yang sangat ramah. Beliau selalu menjualkan dagangannya dengan murah senyum. Tapi di balik senyuman itu beliau harus mempunyai fisik yang sangat kuat. Beliau setiap hari harus mendorong gerobaknya yang beratnya berpuluh puluh kilogram. Pekerjaan ini sewajarnya dilakukan oleh kaum pria atau laki-laki. Karena harus mendorong mendorong gerobak yang beratnya berpuluh puluh kilogram itu. Untung tukang sayur itu kecil dan penghasilannya pun terkadang tidak menentu. Terkadang bisa untung, bisa rugi, dan bisa balik modal.

Banyak masyarakat sekitar yang mulai heran dengan profesinya yang dia pilih sebagai pedagang sayur, karena itu merupakan suatu penyimpangan sosial karena tidak sesuai dengan norma masyarakat. Seharusnya profesi ini dilakukan oleh kaum pria atau laki-laki bukan perempuan. Beliau memilih pekerjaan ini karena turun temurun dari keluarganya yang berprofesi sebagai pedagang. Selain turun temurun dari keluarganya dia juga karena terpaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari.

Di balik semuanya itu beliau juga sangat menyayangi ketiga anaknya itu. Apabila beliau mempunyai waktu senggang, ia menyempatkan dirinya sebagai kewajibannya menjadi wanita. Yaitu sebagai ibu rumah tangga yang tugasnya memasak, mencuci, membersihkan rumah, dll.

Ini adalah teori Robert K. Merton yaitu perilaku penyimpangan merupakan bentuk dari adaptasi terhadap situasi tertentu.

Kesimpulan : Beliau adalah seorang wanita hebat yang dapat menjalankan 2 tugasnya sebagai pencari nafkah dan sebagai ibu rumah tangga.

Cerita ini mengapa di sebut sebagai penyimpangan sosial positif karena si Ibu keluar dari kodratnya sebagai perempuan tetapi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.

Tulisan ini hanya sekedar tugas yang di berikan oleh guru saya yaitu Pak Wahyu (Wajenkz Wajenkz). Mohon maaf apabila ada salah salah kata dan kurang menarik 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline