Lihat ke Halaman Asli

Benarkah Jodoh Berada di Tangan Tuhan?

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari gini, ketika jaman internet dan jejaring sosial semakin marak dan mengubah bentuk hubungan antar manusia, apakah keyakinan bahwa "Jodoh Berada Di Tangan Tuhan" masih layak untuk diikuti, atau tidak?

Faktanya, salah satu rekan kompasianer yang memberikan komentar di posting saya kemarin, memanfaatkan pepatah tersebut sebagai salah satu alasan berpoligami. Apakah tepat jika perasaan cinta yang awalnya jatuh ke satu orang wanita kemudian "luntur" dan timbul perasaan cinta ke wanita lain? Menurut saya lumrah, tapi jika kemudian menganggap hal itu sebagai pertanda dari Tuhan bahwa wanita lain ini adalah jodoh dari Tuhan, maka saya tidak setuju.

Tiap orang bebas menginterpretasikan keyakinan mereka dengan cara-cara yang sesuai keinginannya. Saya percaya jodoh di tangan Tuhan, tapi lebih penting dari itu, saya percaya bahwa manusia harus bekerja keras untuk mendapatkan (dan mempertahankan) jodohnya.


Bagi yang masih lajang, bentuk kerja keras ini bisa diartikan sebagai pembenahan diri baik secara fisik maupun mental (supaya lebih enak dipandang dan nyambung kalau diajak ngobrol, misalnya), peningkatan kemampuan sosialisasi, dan juga kesiapan finansial (terutama buat kaum jomblo laki-laki, jangan ngajak kencan tapi ngga mampu bayar, hahahaa).

Bagi yang sudah menikah, tantangan yang ada lebih berat lagi, karena setelah menikah kita tidak bisa seenaknya bilang "kamu bukan jodohku, buktinya aku sudah tidak cinta kamu lagi dan tertarik sama laki-laki (atau perempuan) lain..." Kerja keras yang dimaksud dalam pernikahan adalah bagaimana kita teguh memegang komitmen.

Jadi pepatah itu sebenarnya masih relevan dengan kondisi jaman sekarang, asalkan tidak dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, dan harus dibarengi dengan kemauan untuk bekerja keras.

* * *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline