Lihat ke Halaman Asli

Trend Belum Tentu Bagus, dan Yang Bagus Malah Ngga Ngetrend

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="Life and Social Media Trends"][/caption] Inilah Indonesia. Dengan perkembangan teknologi yang makin pesat, dalam sekejap informasi apapun bisa langsung diketahui. Sebagai negara pemasok status twitter terbesar ketiga setelah Amerika dan Brazil, Indonesia menyumbang sekitar 15% dari total status twitter sedunia. Ini salah satu sebab mengapa trending topic seringkali berasal dari Indonesia. Sayangnya, belum terlihat sisi positif dari kemajuan teknologi tersebut untuk kehidupan sehari-hari. Seringkali kita-yang-latah-ini mengambil suatu trend tanpa menyelami dahulu esensinya. Tanggal 1 April kemarin, saya mendapat pesan berantai di BlackBerry bahwa Iwan Fals meninggal dunia. Ketika bertanya kebenaran berita tersebut kepada pengirim pesan, dia menjawab "Gue ngga tau, cuman forward doang.." Saya jadi melongo, dan setelah memaki-maki dia, ternyata itu April Mop. Kasus lain yang juga bikin saya melongo adalah betapa cerita tentang Malinda Dee dan Briptu Norman sangat dibesar-besarkan melampaui batas wajar. Lebih menjijikkan lagi, baik pesan ataupun gambar yang kemudian beredar adalah ukuran (maaf) payudara dan keseksian pelaku, padahal kita lebih membutuhkan bagaimana kelanjutan tuntutan dari pihak-pihak yang dirugikan, dan bagaimana supaya kita terhindar dari penipuan semacam itu. Memberi dukungan kepada Briptu Norman yang dihukum karena berjoget India memang hak setiap orang, tetapi memanfaatkan kasus tersebut untuk lantas mengkritisi pihak aparat secara berlebihan (bahkan sampai mengkritisi presiden), sepertinya koq kurang tepat sasaran ya? Kita sering miris karena media lebih banyak memuat berita negatif tentang negara ini. Segala sesuatu didramatisir secara berlebihan, dan layak untuk dihujat atau dihakimi bersama-sama. Padahal kita bisa selalu memilih untuk tetap bangga dengan segelintir pihak yang kerja kerasnya patut dijadikan trend. Masih banyak berita positif dan inspiratif yang pantas disebarluaskan kepada khalayak. Tapi kenapa kita justru lebih percaya kepada hoax bahwa Lady Gaga dan lagunya adalah hujatan terhadap suatu agama?! Seharusnya tidak perlu menjadi pemain sepak bola untuk menjadi idola rakyat, tidak perlu kawin-cerai untuk tampil setiap jam di layar kaca, dan kita juga tidak perlu berlagak nasionalis dengan ikut-ikutan menghujat, karena semua orang bisa berprestasi di bidangnya masing-masing. Kita hanya butuh dukungan dari semua orang untuk berhenti menyebarkan berita palsu, berita bohong, atau berita yang tidak pantas dianggap penting. * * *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline