"Selamat pagi ibuk..., bagaimana keadaan ibuk jauh lebih baik? " Sapa saya
"Baik apanya, tambah batuk ngikil... " Jawabannya ketus, sambil buang muka.
"Kemarin lusa saya tunggu , sudah kami siapkan kamar dan tempat tidurnya, namun sampai jam 12 malam ibuk belum rawuh."
"Mugi ibuk tansah pinaringan sabar, ndang sehat."
Masih acuh, seperti menahan marah. Kemarin suaminya baru saja meninggal dengan sakit yang sama di ruang isolasi.
"Sabar nggih buk... Panjenengan dianugerahi kesempatan bisa menemani Mbah Kakung di saat terakhir, karena tidak semua orang dalam masa pandemi bisa bersama orang yang dicintainya. "
Si ibuk meneteskan air mata, selesai injeksi saya keluar untuk melanjutkan injeksi di ruang lain.
Setelah selesai sebelum keluar, saya sempatkan (melambaikan tangan) dada-dada pada orang-orang yang barusan saya sapa dari pintu.
Pas giliran di ruang si ibu, beliau tersenyum dan membalas lambaian tangan saya.
Suwun mase...
Sambil tersenyum membalas lambaian tangan saya.
Ponorogo, 24 Juli 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H