Lihat ke Halaman Asli

Nanang Diyanto

TERVERIFIKASI

Travelling

Batik Street Exhibition, Bangkitnya Kejayaan Batik Ponorogo

Diperbarui: 27 Maret 2019   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catwalk dadakan | Dok. Pribadi

Tahun 70-80an adalah masa emas usaha batik di Ponorogo. Ada 2 pabrik mori (kain bahan batik) yang masih bertahan sampai penghujung tahun 90-an.

Pabrik yang berproduksi selama 24 jam nonstop. Lonceng selalu terdengar saat pergantian shif, dan saat itulah jalanan dipenuhi karyawan berseragam biru untuk bawahan dan biru ndog bebek untuk atasan.

Banyak rumah besar dan beratap tinggi bercorak Eropa, rumah tersebut milik para juragan batik menjadi saksi. Jalan-jalan dengan nama batik, di sekitaran kota lama. Serta koperasi batik dan gedung serbaguna guna milik koperasi batik masih kokoh kalau dulu Ponorogo menjadi pusat batik di wilayah Mataraman.

Batik Enjang Pelangi (dokpri)

Usaha batik seakan mati suri, kalaupun ada hanya batik cap. Itu pun hanya borongan pekerjaan, bahan dikirim dari solo atau Yogyakarta dan setelah jadi dibawa lagi ke sana.

Geliat muncul lagi sekitar 10 tahunan terakhir. Batik tulis dan batik cap, namun kondisinya-pun tersendat.

Perwakilan dari Kediri (dokpri)

Batik Street Exhibition yang di gelar di jalan alon-alon Ponorogo kemarin merupakan event kali pertama di Ponorogo, dan rencana menjadi kegiatan rutin dalam menyambut tahun pariwisata.

Event yang digelar oleh dinas pariwisata tersebut diharapkan menjadi babak baru per-batikan yang pernah jaya. Banyak pengusaha batik di wilayah Mataraman (Karisidenan Madiun dan Karisidenan Kediri) berkumpul memamerkan batik masing-masing produksinya.

Sigun Batik dengan batik lukis ciri khas karyanya (dokpri)

Menurut mas Guntur pemilik gerai Batik Lukis Sigun, ada sekitar 105 an model yang memperagakan. Karpet merah sepanjang 100 meter disulap menjadi catwalk dadakan. mengobati kerinduan akan bangkitnya masa jaya batik Ponorogo.

Acara seperti sangat bermanfaat menurutnya, bisa mengenalkan hasil karyanya. Kali dia membawa 8 model untuk bawakan kreasi batik lukisnya. Bersyukur akhirnya pemerintah memfasilitasinya lewat gelaran seperti ini.

Penampilan wakil dari Ngawi memukau, model berpasangan memakai batik Enjang Pelangi. Busana yang dirancang oleh Rhiana Putri desainer muda dari Ngawi tersebut mendapat apresiasi luar biasa.

Yasmine Oktavia Putri Batik Nusantara, asli Ponorogo (dokpri)

Jajang Bagus dengan segudang talenta, asli Ponorogo (dokpri)

Acara juga dimeriahkan dengan tampilnya Yasmin Oktavia Putri Batik Nusantara. Juga model Jajang Bagus dengan segudang prestasi, keduanya asli Ponorogo.

Wakil Bupati Ponorogo Drs. H. Soedjarno, M.M. menuturkan acara ini digelar bertujuan mendukung pelaku industri batik agar lebih memperkaya desain maupun motif.

Ada 105 model (dokpri)

Batik busana Thionghoa (dokpri)

Di ramaikan model anak-anak (dokpri)

Jajang Bagus membawakan koleksi Batik Lukis Sigun

Sebagai salah satu cara mencintai batik Pemda Ponorogo mewajibkan semua karyawan di bawah naungan Pemda wajib berbusana batik di hari Kamis, Jumat, dan Sabtu jelas wakil bupati. Pihaknya akan terus mendorong baik secara teknis maupun pendanaan agar batik menggeliat kembali dan menunjang perekonomian.

Wakil bupati juga menjanjikan acara seperti ini akan menjadi kalender tetap untuk mendukung dunia pariwisata di Ponorogo. Sehingga batik menjadi salah satu alasan orang datang ke Ponorogo.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline