Lihat ke Halaman Asli

Nanang Diyanto

TERVERIFIKASI

Travelling

Ginjal Sehat untuk Setiap Orang di Mana Saja, Hari Ginjal Sedunia 2019

Diperbarui: 15 Maret 2019   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pasien haemodialisa, foto: alodokter.com

Hari ini tepat 1000 (seribu) harinya Tiplati. Teman yang sudah jadi saudara. Baik dalam keseharian maupun dalam pengajian. 1000 hari yang lalu dia meninggal saat haemodialisa (cuci darah). Tepat diperingatinya Hari Ginjal Sedunia, 14 Maret 2019.

Waktu itu menjelang berbuka puasa. Dia tetap berpuasa meski sakit menderanya. Sepuluh menit menjelang azan magrib dia minta didekatkan tembok, agar bisa tayamum. Sementara ada beberapa selang dan kabel-kabel yang menempel di anggota tubuhnya yang terhubung mesin cuci darah.

Anaknya mengingatkan kalau azan magrib belum berkumandang, namun dia bersikeras untuk segera sholat magrib. Setelah selesai sholat dia meminta minum dan makanan kecil untuk berbuka puasa.

Saat azan magrib berkumandang di pengeras suara tiap ruangan, tiba-tiba dia merasakan sesak. Dan saat petugas mendekat di tempat tidurnya sudah tak dapat tertolong.

Hampir 5 bulan dia menjalani cuci darah. Penyakit diabetes sebagai pemicunya. Penyakit yang baru diketahui saat anak keduanya lahir (28-an tahun). Penyakit yang juga di derita oleh ibunya, serta saudara-saudara lelakinya. Penyakit yang diturunkan lewat ibu dan kakek dari ibunya.

Pada awal-awal diketahui sakit diabetes dia sangat terguncang. Namun seiring waktu secara psikologis bisa menerima. Tidak telaten berobat dan sering melanggar pantangan penyakit diabetes.

Pada tahun ke-2 tekanan darahnya turun naik. Berkali-kali saya ingatkan untuk rajin kontrol dan berobat, saat itu saya uruskan BPJS. Alhamdulillah saat itu cukup iuran 1 orang saja salam 1 KK, sehingga murah saban bulannya.

Tak lama kemudian tiba-tiba matanya tidak bisa melihat, dan oleh dokter mata di Ponorogo dirujuk ke RS Mata Yap Yogyakarta. Di sana didiagnosis retinopati diabetik. Yaitu pecahnya pembuluh-pembuluh darah kapiler dibelakang mata. Oleh dokter dilakukan laser, dan dilakukan operasi namun tiada hasil karena gula darah tidak terkontrol.

Tekanan darah juga semakin tidak setabil, sehingga creatinenya tinggi. Oleh dokter diadviskan untuk haemodialisa (cuci darah).

Mata sudah tidak bisa melihat, tidak bisa bekerja, seminggu harus cuci darah 2-3 kali. Ke 3 anaknya masih kecil-kecil semakin menambah beban psikologis.

Pada saat itulah dia baru sadar, dan merasa bersalah. Seandainya saja dulu tidak menyepelekan penyaki diabetnya, menyayangi ginjalnya, berobat dan diet, tentu tak akan terjadi begini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline