Spektakuler, alun-alun kota Ponorogo benar-benar menjadi lautan manusia. Tercatat 2062 penari jathil tampil menari bareng. Sejauh mata memandang hanya terlihat manusia. Mereka sangat antusias untuk menyaksikan Gebyar Jathilan yang kali pertama digelar dengan jumlah penari terbanyak di Ponorogo.
Jalan Diponegoro, jalan panglima Sudirman, jalan Gatot Subroto yang merupakan jalur utama menuju alun-alun Ponorogo dipenuhi ribuan manusia yang terus merangsek mendekat menonton ivent akbar ini.
Penonton dengan tertib membuat pagar betis dipinggir alun-alun yang hanya dibatasi dengan tali rafia. Panas matahari di kota Ponorogo tak dirasa membakar tubuh mereka. Mereka sudah datang sejak dhuhur, meski acara dimulai jam 4 sore.
"Alhamdulillah dan terimakasih anak-anakku, acara sore hari ini masuk dalam catatan rekor MURI bahkan kali pertama di dunia dengan penari terbanyak." Kata bupati Ipong dihadapan penari, penonton dan hadirin sesaat setelah menerima piagam dari MURI.
"Ini sesuai dengan slogan Menuju Ponorogo yang lebih maju, berbudaya dan religius," imbuh bupati Ipong Muchlissoni.
Acara ini digelar sebagai momentum dalam meningkatkan kunjungan wisata ke Ponorogo. Bupati berharap kegiatan ini bisa ivent akbar ini bisa menjadi alasan orang datang ke Ponorogo. Acara seperti ini akan terus digelar, agar ada alasan orang untuk merindukan Ponorogo.
Acara dimulai dengan penyerahan ebleg (jaranan) dari bupati kepada perwakilan peserta. Diikuti tampilan para penari jathil dari dua penjuru, mereka berlarian dengan rancak mengikuti gamelan yang dipusatkan di sisi kanan panggung utama. Dari arah Paseban juga keluar rombongan reyog, penari warok, penari ganongan, serta seorang penari Bujang Ganong sebagai pemimpin.
Acara ini tercatat di Musium Rekor Indonesia (MURI). Aryani Siregar hadir sebagai perwakilan MURI mencatat, mengukuhkan, sekaligus menyerahkan piagam. Kabupaten Ponorogo kemarin tercatat sebagai daerah dengan penampil tari jathil terbanyak dengan jumlah penari 2.062.
"Kami tetapkan sebagai rekor dan koleksi dunia ke-8.852 Muri," kata Ariyani Siregar, sambil menyerahkan piagam kepada bupati Ipong.
Menurut pak Dirman salah satu koreografer tari, kunci suksesnya acara karena partisipasi dan antusiasme pihak sekolah. Karena semua penari berasal dari sekolah-sekolah setingkat SLTP, SLTA, serta Sekolah Luar Biasa yang ssetingkat.
Pihaknya melatih guru-guru se-kabupaten Ponorogo selama 2 hari. Untuk mengajar kan kepada murid-muridnya jelas pak Dirman. Latihan bersama dipusatkan di stadion Bathoro Katong. Latihan sekali, dilanjutkan gladi kotor, dan gladi bersih pada tanggal 16 Februari kemarin.
Pihaknya tidak kerepotan karena tari reyog sudah diajarkan di sekolah masing-masing, tinggal mengkordinir para murid kelas pak Dirman lebih lanjut. Bahkan di sekolah tempatnya mengajar dan lomba tari reyog (festival reyog) antar kelas. Dari sinilah mengumpulkan penari sebanyak itu tidak terlalu sulit, menurut pak Dirman.
Dalam menyongsong tahun kunjungan wisata kepala dinas pariwisata akan terus mengagendakan acara ini serta acara-acara yang spektakuler yang berbasis tradisi Ponorogo, jelas Drs Lilik.
"Semua kegiatan wisata harus berdampak ekonomi bagi masyarakat." Imbuh kepala Drs Lilik kepala Dinas Pariwisata. Diharapkan kegiatan kesenian bersinergi dan saling mendukung dan saling menguntungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H