Kemarin pagi saya diundang oleh adik-adik MAN 2 Ponorogo. Dimintai tolong memberikan materi tentang "Fotografi Jurnalistik". Entah apa pertimbangan pihak sekolah memilih saya, karena saya tidak punya dasar tentang fotografi apalagi jurnalistik. Dan ini kali kedua, karena beberapa waktu yang lalu saya juga disuruh memberikan materi yang sama di hadapan mahasiswa-mahasiswi STAIN Ponorogo.
Selalu saya tanyakan pada mereka untuk apa mempelajari foto jurnalistik?
Mempelajari foto jurnalistik tiada guna bila tidak menulis, karena foto jurnalistik sangat erat dan saling melengkapi dalam dunia media. Baik media cetak maupun elektronik, baik media internet kampus, sekolah, ataupun di luar. Keduanya saling melengkapi tidak bisa dipisahkan.
Mirip-mirip suatu kalimat, menerangkan dan satunya diterangkan.
Ternyata mereka sedang membangun media disekolahnya, media berupa majalah dinding dan website yang berisi liputan kegiatan ekstrakurikuler yang dikelola oleh siswa ataupun mahasiswa.
Dalam sesi tanya jawab, mereka mengatakan foto merupakan brand, merk ataupun icon, yang sangat memengaruhi apakah dagangannya laku atau tidak laku. Mirip-mirip iklan, kalau iklannya menarik akan banyak diminati dan sebaliknya bila iklan begitu-begitu saja pasti tak akan banyak diminati.
Jujur foto yang dipasang di media akan menjadi magnet untuk orang melihat dan membukanya, alasan mereka mengundang saya, namun begitu mereka akhirnya minta diajari login Kompasiana meski kemarin ada kendala masuk.
Langsung terpikirkan dalam benak saya, saat ini sedang riuh menjelang pilpres. Bagaimana peran fotografer yang berada di sekitar calon presiden?
Saya jadi teringat mas Agus Suparto, wartawan dan fotografer yang berada di sekitar pak Jokowi. Dari orang-orang seperti mas Agus inilah masyarakat Indonesia tahu keseharian dan kegiatan presiden.
Bagaimana seorang fotografer Lewat foto menampilkan kisah yang bahkan mungkin takkan terceritakan atau terlukiskan dengan kata-kata.
Seorang fotografer bisa menyuguhkan karakter, sifat, bahkan budi pekerti dari obyek yang dia jepret.