Nuansa merah begitu ketara saat memasuki benteng pendem, benteng Van Den Bosch yang menjadi lokasi Festival Bumi Orek-orek Ngawi. Benar-benar lupa kalau tempat yang dicap angker tersebut menjadi lokasi festival.
Sorot lampu merah menjadi latar belakang berpadu dengan tembok bangunan beteng. Luar biasa kesan etnik, sederhana, namun terlihat modern. Warna merah yang dominan seakan mengisyaratkan kalau roda pemeritah Kabupaten Ngawi lekat dengan partai merah.
Ini adalah hajatan dalam rangka hari jadi Ngawi ke 660. Mengambil tema "Bumi Orek-orek Art & Culture Festival BOACF) 2018" diharapkan terjadi perpaduan antara seni budaya khas Ngawi dengan keberadaan Benteng peninggalan Belanda tersebut, jelas Rahmad Didik Purwanto Kepala Disparpora Ngawi.
Dipilihnya Benteng Van Den Bosch sebagai lokasi dengan harapan sebagai wahana promosikan agar Benteng bersejarah tersebut lebih dikenal secara nasional.
Festival ini adalah kali pertama dikemas dalam konser budaya, menampilkan 11 karya seni dari perwakilan kecamatan di Ngawi. Seni budaya khas, serta sendra tari mengambil tema sejarah tiap kecamatan yang terwakili.
Menurut Desy salah satu volunteer acara, ada 1000 penonton setiap hari yang mengunjungi benteng selama acara dihelat.
Acara dihelat selama 2 hari, dengan mendatangkan musisi kondang Jaduk Ferianto di hari pertama dan di hari kedua menampilkan Sruti Respati berpadu dengan Dewa Budjana.
Penampilan budayawan dan seniman nasional membuat suasana semakin meriah. Diharapkan pula sebagai bahan pembelajaran bagi seniman lokal sebagai kiat bagaimana perjalanan meniti karir, ujar bupati Kanang dalam sambutan penutupnya.
Melalui festival ini diharapakan seni budaya lokal terangkat, begitupun benteng pedem semakin dikenal dalam cakupan nasional. Harapan benteng pendem menjadi cagar budaya terus disuarakan, dengan harapan pemerinah pusat melakukan revitalisasinya.
Menurut Bupati Ngawi, kehadiran jalan tol Ngawi, dimana keluar gerbang tol mencapai kota hanya butuh 5-10 menit sudah terasa dampaknya.
Pakaian yang dipakai oleh artis adalah produk lokal, batik khas ngawi, begitupun materi pendukungnya. Acara tersebut sekaligus mirip peragaan busana, produk lokal dan perancang lokal. Dengan harapan produk Ngawi bisa dikenal khalayak.