Satu persatu pasukan berkuda memasuki arena dari dua penjuru. Suara hentakan begitu terasa, bruuk gedebruk-gedebruk...
Segera berbaris berpasangan memanjang kebelakang, terbagi di sisi kanan kiri arena seperti membuat pagar betis.
Begitu pula pasukan elit yang berpakaian serba hitam dengan wajah menyeramkan memposisikan diri pada garda belakang sebagai benteng lapis terakhir. Pasukan elit ini dipimpin semacam komandan berpakaian lengkap dan bersenjata mirip tongkat komando.
Mereka seperti menggelar unjuk kebolehan tentang persiapan perang. Pasukan berkuda dengan lincahnya berlari, berhamburan, menerjang dengan rancak dan seragam. Pasukan berkuda yang rancak, badannya mirip-mirip tentang sehabis pendidikan. Sedangkan pasukan elit yang badannya gempal-gempal unjuk kebolehan dalam hal olah kanuragan dan bela diri. Mereka memamerkan kepiawaian berkelahi satu lawan satu, bertarung memakai senjata semacam tampar, mereka juga bertarung menggunakan tenaga dalam. Dua pemimpin yang selalu membawa tongkat terus menyemangati pasukannya.
Sayup-sayup dari kejauhan terdengar gemuruh pertempuran besar. Seorang kesatria bertopeng di kawal dua pemuda bertopeng bertempur melawan puluhan harimau. Pertempuran makin lama makin mendekati pasukan berkuda dan pasukan elit yang sedang siaga.
Pertempuran tampak tak seimbang, ksatria bertopeng dengan pengawalnya kewalahan. Pasukan berkuda dan pasukan elit yang telah siaga segera membantu ksatria bertopeng setelah mendapat aba-aba. Pertempuran semakin sengit dan berimbang. Namun begitu pasukan bertopeng kembali kocar-kacir, di saat terdesak pemimpin pasukan elit memberikan senjata berupa cemeti. Cemeti tersebut diserahkan ke ksatria bertopeng, gelegar suara cemeti menghalau sekawanan harimau. Harimau-harimau tersebut tak berdaya melawan ksatria yang sudah bersenjata cemeti sakti. Dan akhirnya sekelompok harimau tersebut takluk dan menyerah. Dan akhirnya sekelompok harimau tersebut menjadi pengikut ksatria bertopeng.
Pasukan tersebut adalah pasukan Brawijaya, tepatnya pasukan Universitas Brawijaya Malang.
Ksatria bertopeng tersebut adalah Kelono Sewandono utusan kerajaan Bantarangin untuk melamar Dewi Songgolangit, sedangkan pengawal bertopeng tersebut adalah Bujang Ganong. Sedangkan senjata cemeti tersebut cemeti Samadiman.
Sedangkan pasukan berkuda adalah penari Jathilan, dan pasukan elit adalah penari warok.
Cerita di atas adalah penampilan Universitas Brawijaya Malang dalam mengikuti Festival Reog Nasional tahun 2017 yang diadakan di panggung utama alun-alun Ponorogo. Di akhir pertunjukan group reog universitas Brawijaya Malang ini disambut aplaus panjang penonton. Berkali-kali MC meminta penonton untuk duduk kembali, tetapi antusias penonton masih mengelu-elukan keelokan, kekompakan, keindahan, keharmonisan group reog tersebut.
Sehingga saat pengumuman pemenang para penonton dan hadirin tak kaget atas kemenangan group reog Universitas Brawijaya Malang ini.