Keceriaan itu tiba-tiba hilang, suasana jadi hening dan hanya bisa saling memandang. Teriakan tawa kegirangan yang sedari tepi pantai selalu menyertai tersentak diam ketika banana boat yang kami tumpangi terbalik. Teman-teman yang masih tersisa tidak terlempar di banana berusaha memberi pertolongan dengan mengulurkan tangan, namun karena jauhnya lemparan tak juga tergapai.
“Jangan panik…” kataku lirih pada teman perempuanku, dan aku berusaha masuk air menopang dengan merangkul lututnya agar dia merasa tenang.
“Lepaskan peganganmu pada pundak mas Darusman..” kataku lagi, karena semakin dipegangi pakaian di bagian pundaknya akan semakin terjungkal di dalam air karena tali life jack tak sempurna ditalinya.
“Mas darusman bisa tenggelam bila kulepaskan..” kata teman perempuanku, ternyata dia sedang berusaha menolong tak seperti perkiraanku, dengan dipegangi dipundaknya berharap mas Darusaman tidak semakin tenggelam. Nampak mas Darusman pucat pasi ketakutan, dan berkali-kali masuk ke air dan berkali-kali terliat terminumi air laut.
Lebih sepuluhan menit kami tercebur dalam air belum juga ada pertolongan.
“Mas.. aku takut dimakan ikan hiu…” kata teman perempuanku lirih, aku hanya menggeleng sambal mengangguk isyarat tak ada ikan hiu di laut ini dan kalaupun ada aku akan melindungimu. Teman perempuanku lebih tenang beda dengan mas Darusman yang masih pucat pasi ketakutan.
Perau boat yang menarik banana yang kami tumpangi berbalik arah, bermaksud agar kami yang terlempar bisa lebih dekat ke banana dan kami bisa menjangkau uluran tangan teman-teman yang akan menolong. Satu-persatu kami bisa naik kembali ke banana boat dan kegembiraan bisa kami lanjutkan lagi.
Masih teringat detik-detik kami terlempar, pengemudi perahu boat membawa perahu sangat kencang dan tiba-tiba mengerem mendadak dan berbelok arah dengan cepat. Ini kesengajaan pengemudi perahu boat agar ada kesan yang mendalam, biar ada cerita dan keseruan. Aku juga masih ingat sorakan para pengunjung lain yang sedang berenang di tepian menyoraki dengan berteriak, Ceburkan…. Ceburkan… Ceburkan…
Ternyata sudah menjadi kebiasaan kalau tidak diceburkan tidak tidak ada keseruan.
Cerita di atas adalah cerita keseruan kami ketika menikmati banana boat yang merupakan fasilitas hiburan di patai Karang Gongso Trenggalek.Pantai berpasir putih, mirip telaga karena pantai tersebut dilidungi oleh gugusan pulau yang mirip gunung-gunung kecil. Keberadaan pulau-pulai kecil ini melindungi pantai secara langsung dari ganasnya gelombang laut selatan. Sehingga wahana permainan seperti banana boat dan perahu yang disewakan untuk pengunjung akan lebih aman, sebagai bukti banana kami yang terbalik di tengah perairan aman. Tentunya harus dengan perlengkapan pengaman. Hanya koreksi saja buat pengelola, membuat kejuta boleh saja namun perlu ada brefing keselamat sebelumnya sehingga akan meminimalkan keadaan bahaya. Paling tidak ada petunjuk cara memakai pengaman, apa yang boleh dan tidak boleh.
Di pantai pasir putih ini pengunjung leluasa berenang di tepi patai, bisa menyewa baju pelampung atau ban-ban untuk menambah kecerian. Pasir yang berwarna putih, karakter air lautnya tidak seperti di Pantai Prigi di sebelah baratnya yang berombak, bahkan kita akan kesulitan mendapatkan ombak di pantai ini.