Bus abu-abu milik perusahaan Ajinomoto itu menepi dan menghampiri saya yang sedari pagi menunggu di sekitaran pabrik kertas Tjiwi Kimia. Lalu membawa kami para Kompasianer masuk ke kompleks pabrik Ajinomoto yang berada di Mojokerto tersebut.
“Ajinomoto Eat Well, Live Well”
Entah benar atau salah terjemahan saya, kehidupan yang baik diawali makanan yang baik. Kesan pertama yang luar biasa dari PT Ajinomoto. Falsafah, motto, atau niatan dari pihak Ajinomoto.
Dari situ masyarakat bisa menilai bagaimana PT Ajinomoto berkomitmen menjaga produknya agar bernilai secara kualitas sesuai standar produk makanan dalam ini BPOM maupun dalam pertanggungjawaban terhadap produk halal yang diatur dalam ranah agama.
Mr. Tanaka dalam sambutannya mengatakan, “Senang sekali rasanya sudah bisa menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia.”
Meski bahasa Indonesia-nya terbata-bata namun tersirat jelas komitmennya. Melalui produk-produk berkualitas tinggi dan berbagai kegiatan, pihak Ajinomoto terus memberikan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
“Filosofi kami untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan berkontribusi bagi kemajuan di bidang makanan dan kesehatan.” Kata Mr. Tanaka sambil membaca teks bahasa Indonesia dengan terbata.
Lebih lanjut Mr. Tanaka secara terbuka mengundang kepada semua pihak untuk datang, tanya, sharing atau bahkan melakukan penelitian dan riset di PT Ajinomoto. Beliau mengundang kelompok ibu-ibu untuk belajar lebih dekat tentang kuliner dan tentunya diperbolehkan melihat lebih dekat proses produksi di PT Ajinomoto. Dengan demikian diharapkan rumor negatif tentang MSG bisa tersampaikan dengan benar.
“Kami juga senantiasa membawa bisnis ini untuk kebaikan manusia dan lingkungan, sesuai misi kami untuk meningkatkan kekuatan Grup Ajinomoto dengan menciptakan produk dalam bidang makanan yang dapat merealisasikanEat Well, Live Well.” Kata Mr. Tanaka sebelum menutup sambutannya.
Pada kesempatan yang sama hadir pula Dr. Annis Catur A MS.i dari Universitas Airlangga Surabaya. Beliau mengatakan banyak anggapan salah tentang MSG yang terlanjur berkembang di masyarakat, bersumber dari asumsi perseorangan atau pengalaman pribadi seseorang. Hal ini seharusnya tidak serta merta menjadi dasar dalam memandang sisi negatif MSG dibanding sisi positifnya.
Perlu pembuktian secara ilmiah untuk mengatakan MSG tidak aman, bukan gosip sehingga didapatkan fakta yang obyektif, paparnya lebih lanjut. Media cenderung memberitakan hal-hal tidak baik yang timbul atau efek negative dari suatu produk daripada sisi manfaat, sedihnya.