Lihat ke Halaman Asli

Nanang Diyanto

TERVERIFIKASI

Travelling

Belajar Pada Penggembala Bebek di Prambon Nganjuk

Diperbarui: 2 Januari 2017   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mengatur bebek jauh lebih mudah dibanding mengatur manusia, kata pak Kusiyar

Tahun baru bukan hal yang luar biasa bagi Kusiyar. Bebek-bebeknya tetep butuh makan dan istrinya butuh telur bebek untuk dijual di pasar seperti hari-hari biasanya sebelum tahun baru.

Kusiyar membawa 800 ekor bebeknya memakai gerobak yang dimodifikasi mirip kereta kancil yang ditarik dengan motor bututnya.

Begitu sesampai di pinggir persawahan bekas panen dia menepikan motor dan gerobaknya. Palang dari anyaman bambu dia tata mirip jalan antrian loket di stadion bola. Tujuan pemasangan palang pengaman tersebut untuk mengarahkan ratusan bebeknya untuk masuk area sawah, persis mengarahkan suporter di pertandingan bola.

Begitu masuk sawah bebek-bebek tersebut riang gembira, suaranya memecah keheningan di persawahan di daerah Prambon Nganjuk kemarin. Tanpa dikomando bebek-bebeknya langsung mencari makan di persawahan milik orang sehabis panen tersebut. Sisa-sisa padi yang rontok ketika dipanen menjadi makanan gratis. Selain itu hewan-hewan sawah seperti kepiting, katak, bibis, cacing, keong, sampai serangga belalang, wereng tak luput dari serbuan ratusan bebek tersebut.

“Yang punya sawah ndak marah pak?” tanya saya, karena di daerah saya menggembala bebek di persawahan milik orang tidak diperbolehkan dengan alasan bisa mengakibatkan gatal pada kaki penggarapnya. Sehingga menyebabkan sakit kulit pada kaki.

“Ndak mas, di Nganjuk ini sudah biasa, malah pemilik sawah senang karena hama dari hewan sawah bisa bersih, njenengan dari mana?” jawab pak Kusiyar sambil balik bertanya. Memang di daerah Ponorogo menggembala bebek tidak lazim bahkan dianggap mengganggu.

Tapi di Nganjuk ternyata saling menguntungkan antara penggembala dan pemilik lahan sawah.

Menurutnya dia menggembala mulai jam 7 pagi sampai jam 11 siang. Biasanya bebeknya dikasih makan pagi dan sore, kalau digembalakan begini bisa menghemat jatah makan pagi. Bebek yang digembalakannya usia pra telur, karena kalau yang sudah siap telur seringkali telurnya berceceran di persawahan waktu di gembala.

bedak dari anyaman bambu bisa memuat ratusan bebek

satu komando, bebek-bebek ini menurut pada pemimpinnya

“Ndak repot atau takut hilang pak membawa bebek sebanyak ini sendirian?” tanya saya.

“Memimpin bebek itu lebih mudah daripada memimpin manusia, bebek tidak punya ambisi seperti manusia, bebek tak pernah menjilat pemiliknya agar dibelaskasihi atau disayangi...” jawabnya panjang membuat saya bengong.

“Bebek itu penurut pada pemimpinnya, bebek itu kompak yang depan ke kiri semua ikut ke kiri, yang depan ke kanan yang belakang ikut ke kanan, bebek itu setia pada imamnya, coba nanti lihat bagaimana bebek-bebek ini menurut saja ketika saya giring masuk gerobak..” jelasnya lagi panjang dan membuat saya geleng-geleng.

mas Agus seorang diri menggembala 1200 ekor bebek berkeliling, berwisata antar sawah antar kota di Jawa Timur

setelah masuk kandang mas Agus tinggal menekan engsel untuk pengaman dan terus berjalan mencari arena buat bebek-bebeknya

Beda lagi dengan mas Agus, dia berasal dari Jombang. Dia membawa bebek-bebeknya memakai mobil pikup. Dia membawa 1200 bebek, ada 4 tingkat betek bambunya sehingga bisa cukup membawa bebek sebanyak itu.

Karena jauh dia tidak saban hari pulang, dia sering menginap di tempat menggembala. Dia lebih memilih menginap di SPBU atau dekat tempat ramai lainya untuk keamanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline