Lihat ke Halaman Asli

Nanang Diyanto

TERVERIFIKASI

Travelling

Kami Orangtua Paling Rajin Mengantar Sekolah

Diperbarui: 18 Juli 2016   21:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Hari pertama sekolah "][/caption]

Entah ini kali ke berapa motor matic Lastri gembos saat anak perempuannya berangkat sekolah. Tanpa banyak tanya aku menepi ketika melihat Lastri dan Anak perempuannya di tepi jalan tak jauh dari rumahnya. Tangannya melambai berusaha mencari tumpangan.

"Motorku gembos, tunggu sebentar saya taruh dulu di teras..." kata Lastri, belum sempat aku menjawab langsung dituntunnya motor yang gembos masuk halamannya lagi.
Sementara Anak perempuan Lastri langsung naik di boncengan belakang. Anak lelakiku berada di depan, tak lama kemudian Lastri juga langsung naik. Untung pompa ban motorku selalu lebih keras dari seharusnya.

"Lupa selama Lebaran ndak dipakai... eeee..e tahu-tahu mau dipakai gembos..." Lastri nerocos tanpa aku sempat menjawab.

Beruntung sampai sekolah tidak terlambat, anakku langsung turun dan berlari berebut salaman dengan gurunya setelah bersalaman denganku. Beda dengan anak Lastri yang harus diantar sampai depan kelas.
Kulirik di papan pengumuman yang digantung di gerbang dikerumuni para orang tua, dalam papan kayu bertulisan kapur tersebut diumumkan anak-anak dipulangkan jam 8. Menurut satpam setelah upacara dilanjutkan bersalaman langsung pulang, karena ini hari pertama masuk sekolah apalagi pasca lebaran.

"Waduh pulangnya jam 8 ternyata, tanggung kalau di tinggal pulang, motor gembos lagi...." kata Lastri, aku ndak menjawab. Tapi aku harus tanggung jawab tadi aku yang membonceng pergi dan aku musti bertanggungjawab memboncengnya pulang.

Aku tidak menjawab, hanya mengangguk Lastri pun langsung naik dalam boncenganku lagi. Motorku ku arahkan ke depot penjual soto di selatan bekas terminal.

"Istrimu ndak pulang mas?" Tanyanya. Aku cuma menggeleng.
"Mas Dedy juga ndak pulang, telephone ngucapin lebaran saja endak..." katanya lagi.
Aku hanya mengangguk sambil makan soto yang sudah dihidangkan. Lastri terus curhat sambil makan soto, sambil memandanginya sesekali mengangguk.
"Ayo sudah hampir jam 8.. " kataku sambil merogoh saku mengambil dompet, tapi Lastri lebih gesit dia lebih cepat berdiri untuk ke kasir membayar soto yang kami makan. Kami segera meluncur ke sekolahan dan anak-anak sudah menunggu di gerbang sekolah. Mereka langsung naik dengan posisi seperti waktu berangkat.

Sesampai di depan rumah Lastri lampu sen kanan kunyalakam, biar kendaraan dari depan atau belakang memberi kesempatan motorku menyeberang ke arah kanan.
"Matur suwun ya... jangan kapok direpoti terus..." katanya sambil membuka kunci pagar. Aku mengangguk sambil memaksa bibirku tersenyum untuk mengimbangi.

Anak perempuan Lastri kelas satu naik kelas dua ini. Sedangkan anak lelakiku kelas dua naik ke kelas tiga. Rumahku dan Lastri berjauhan, dia tinggal di kelurahan Kauman sedangkan rumahku bertaut 15 km, berada di pedesaaan. Meski begitu setiap mengantar sekolah, aku hampir selalu melewati jalan depan rumah Lastri karena jalan satu satunya menuju kota.

Suami Lastri bekerja di pelayaran, menurut ceritanya hampir 2 tahun ini belum pulang. Sudah 5 bulan terakhir ini tidak pernah telepon atau memberi kabar.
Sementara istriku pergi ke rumah orang tuanya di Banten setelah pertengkaran 2 tahun lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline