[caption id="attachment_364042" align="aligncenter" width="600" caption="Masjid besar dan megah di dekat komplek pemakaman"][/caption]
Bangkalan, 02/05/2015
Ini kali kedua saya berkunjung ke makam Sheikh Kholil Bangkalan, saya hampir tidak percaya dengan situasi sekarang, dulu sekitar tahun 1999 masih sederhana hanya mushola kecil disebelah timur makam. Dan kini mushola tersebut berubah menjadi masjid besar 2 lantai yang bisa menampung ratusan jamaah, dan diutaranya ada parkiran yang bisa memuat puluhan bus dan ratusan mobil, sedangkan parkiran motor ditempatkan di area timur masjid. Puluhan wc umum dan kamar mandi umum berjajar di sebelah selatan masjid yang dulunya area perumahan penduduk, sedangkan didekat area parkir didirikan swalayan serta komplek pertokoan yang menyediakan aneka cindera mata khas Madura. Satu-satu nya yang masih saya ingat adalah jalan berkelok sebelum menuju lokasi dan kiri kananya pemakaman umum yang berpetak-petak, namun sekarang jalan masuknya sudah lebar dan halus bisa dilewati bus besar berjajar, tahun 1999 masih berupa makadam kasar (bebatuan) yang ditata ala kadarnya, itupun masih sempit hanya bisa dilewati mobil dan bila berpapasan harus bergantian menepi dahulu.
[caption id="attachment_364039" align="aligncenter" width="480" caption="Nisan Sheikh Kholil di barat masjid sebelah kanan imaman (tempat imam)"]
[/caption]
Bagi orang Nadliyin Sheikh Kholil adalah gurunya orang-orang NU di tanah Jawa terutama di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah bagian timur karena banyak tokoh tokoh NU yang berguru kepada beliau, bahkan beliau sering dikatakan yang membidani lahirnya NU. Dan bagi jamaan Tarekat Qodiriyah wa Naqshabandiyah beliau adalah guru mursyid yang silsilahnya menyambung sampai Nabi Muhammad SAW, dimana ajaran tarekat diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, dan selanjutnya diajarkan melalui para sahabat, waliulloh termasuk Sheikh Abdul Qodir al Jaelani yang silsilahnya tidak terputus sampai Sheikh Kholil dan sampai penerusnya sampai sekarang.
Menurut guru saya al Mursyid KH Imam Muhadi Tarekat Qodiriyah wa Naqshabandiyah berkembang di Indonesia sekitar abad 16, melalui Sheik Khotib Sambas yang bermukim di Makkah turun kepada muridnya yaitu Sheikh Abdul Kharim Banten dan Sheikh Ahmad Hasbulloh Madura, dan beliau berdua ini yang menyebarkan di Indonesia khususnya pulau Jawa dan Nusa Tenggara, Syeikh Abdul Karim Banten bertugas di Jawa Barat dan Jawa tengah, sedangkang Sheikh Ahmad Hasbullah di daerah Madura, Jawa Timur, sampai Nusa Tenggara. Sheikh Kholil ini murid dari Sheikh Ahmad Hasbullah. Dan dari Sheihk Kholil turun ke Shikh Romli Tamim Jombang, Lalu ke puteranya Sheikh Mustain Romli, lalu ke Sheikh Imam Muhadi Bagbogo Nganjuk (almarhum).
Berikut ini silsilah yang saya kutip dari sufinews dan silsilah guru Mursyid Jamaah Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah an Nadliyah Pondok Pesantren Manbaul Adiem Bagbogo Tanjunganom Nganjuk
Silsilahnya;
1. Imam Muhadi, 2, M Mustain Romli, 3. Moh Romli Tamim, 4. Moh Kholil, 5. Ahmad Hasbullah ibn Muhammad Madura, 6. Abdul Karim, 7. Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar, 8. Syamsuddin, 9. Moh. Murod, 10. Abdul Fattah, 11. Kamaluddin, 12. Usman, 13. Abdurrahim, 14. Abu Bakar, 15. Yahya, 16. Hisyamuddin, 17. Waliyuddin, 18. Nuruddin, 19. Zainuddin, 20. Syarafuddin, 21. Syamsuddin, 22. Moh Hattak, 23. Syeikh Abdul Qadir Jilani, 24. Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, 25. Abu Hasan Ali al-Hakkari, 26. Abul Faraj al-Thusi, 27. Abdul Wahid al-Tamimi, 28. Abu Bakar Dulafi al-Syibli, 29. Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi, 30. Sari al-Saqathi, 31. Ma'ruf al-Karkhi, 32. Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, 33. Musa al-Kadzim, 34. Ja'far Shodiq, 35. Muhammad al-Baqir, 36. Imam Zainul Abidin, 37. Sayyidina Husein, 38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw, 40. Sayyiduna Jibril dan 41. Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeda satu sama lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeda pula guru di antara para kiai itu sendiri.
Dan menurut almarhum Sheikh Imam Muhadi dulu beliau ditugasi oleh gurunya untuk mendapatkan ajaran an Nadliyah ke Sheikh Muslih Mranggen Semarang, karena pada saat itu suasana politik memanas. Namun begitu Sheikh Muslih Mranggen adalah guru mursyid yang tidak lain adalah putera Sheikh Ibrahim Muslih yang merupakan murid dari Sheikh Abdul Karim Banten yang masih dalam satu silsilah.
[caption id="attachment_364044" align="aligncenter" width="480" caption="Makam Sheikh Kholil dan keluarga"]
[/caption]
[caption id="attachment_364046" align="aligncenter" width="480" caption="peziarah berziarah dari dalam masjid"]
[/caption]