Lihat ke Halaman Asli

Nanang Diyanto

TERVERIFIKASI

Travelling

Seribu Cerita di Bus Mira Jogja-Surabaya

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1415806139711485825

[caption id="attachment_335004" align="aligncenter" width="600" caption="Bus Mira Yogyakarta-Surabaya"][/caption]

Yogyakarta (11/11/2014)

Hujan yang  mengguyur Yogyakarta kemarin sore membuat basah pakaian dan tas jinjing saya, untung tas ransel yang saya pakai dilengkapi fasilitas tahan air sehingga air tidak sampai membasahi  kamera dan elektronik yang selalu menemani kemanapun saya berpergian. Dari Rumah sakit Yap saya berlarian sambil menuntun teman (yang sudah seperti kakak saya sendiri) menuju halte diseberang jalan yang berjarak 300-an meter. Sore kemarin rencananya kakak saya mau tindakan pengobatan atas penyakit mata yang dideritanya di rumah sakit tersebut sesuai perjanjian dengan pihak sana, namun kakak saya kurang beruntung gula darah dan tensi darah naik.

Baju yang kami agak basah aroma bau tak sedap ikutan menguap, hampir 2 harian di perjalanan tanpa sempat mandi mungkin salah satu penyebanya. Tapi kami tidak sendirian hampir semua penumpang bus trans-Jojga bajunya nampak sama, kumal dan agak basah. Dan selepas magrib saya sampai di terminal bus Giwangan, langsung mampir ke mushola dan makan sore di warung langganan di dekat pemberangkatan bus trans-jogja. Hujan masih terus saja menggguyur meski tidak sederas ketika akan naik bus tras-jogja .

Setelah membayar peron, sambil menuntun kakak menuju tempat antrian bus jurusan Surabaya, yang kebetulan berada paling ujung. Sore kemarin sepi hanya ada 3 bus jurusan Jogja-Madiun-Surabaya, keadaan sepi tidak seperti biasanya, mungkin situasi hujan dan menjelang BBM akan naik membuat penumpang sepi. Berkali-kali kenek dan kondektur bus Mira merayu saya untuk segera naik karena bus segera berangkat. Namun saya masih saja berdiri di luar karena sambil menunggu pakaian saya kering, dan saya liat di atas bus hanya ada 5 orang. Sopir bus membunyikan klakson pertanda mengajak kami dan kru-nya segera naik karena bus disebelah bus Mira ini juga sudah membunyikan klaksonnya yang artinya mengusir untuk segera pergi karena jatah nge-temnya sudah habis.

"Ayo pak tak kancani teko Madiun tinimbang dewekan" kata saya ketika masuk dalam bus dan sambil menuju tempat duduk dibelakang sopir bus.

"Sepi mas, bisa beli solar atau nggak ini nanti, masa penumpangnya cuma 7, yang lima turun Solo dan Sragen, lan sampeyan turun Madiun, masa Madiun-Surabaya bus harus nggeret bangku kosong......" keluh sopir bus ketika menjawab pembicaraan saya.

Setelah selesai menarik ongkos kondektur dan kenek duduk didepan sejajar dengan sopir, keluh kesah mereka atas sepinya penumpang sore kemarin, pemasukan tidak ada 100 ribu kata kondektur.

Sesampai di terminal Solo penumpang turun 2 dan naik lagi 2, bus begitu longgar sopir mempersilakan penumpang selonjor dan tiduran sepuasnya. Dan berkali-kali tukang kontrol krue bus Mira naik turun, semua geleng-geleng sepi sejang sore tadi katanya.

[caption id="attachment_335005" align="aligncenter" width="600" caption="mereka bergerombol belum mau duduk, saling diskusi mengambil jalan keluar meski suudah dalam bus"]

141580627298327442

[/caption]

Sesampai di daerah Sragen sopir mengerem mendadak dan membuat penumpang terbangun, nampak puluhan orang berdiri di pinggir jalan, kenek dan kondektur turun, hampir 10 menit keduanya belum naik juga, klakson bus dat-dot ditekan oleh sopis bus, dan tiba-tiba puluhan anak muda berebut naik, dan salah satunya mendekati sopir suruh menunggu 2 temannya yang masih buang air kecil, kalau tidak mau menunggu 2 temannya mereka mengancam mau turun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline