Angin menyusupkan satu dari sepasang matamu
Mengerat kesunyian yang mengunci pintu
dengan sebaris kalimat yang tak lengkap
Segera, mataku berlarian pada kata demi kata
mencoba menggantikan bagian yang melenyap
dengan canggung tanda baca
...
Tanya atau seru, api atau abu … atau aku?
...
Tak juga mataku bisa memutuskan selain gamang
yang membakar malam dengan riuh perdebatan