Lihat ke Halaman Asli

Prof. Muhaiban dalam Perspektif Saya

Diperbarui: 13 Oktober 2020   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertengahan Agustus 2020 adalah momentum saya mengenal Muhaiban pertama kali, seorang profesor senior di Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universiatas Negeri Malang. Mengenal dalam konteks di atas adalah saya merupakan mahasiswa beliau dalam program PPG Daljab 2020 secara daring yang diselenggarakan Kemendikbud.

Peserta PPG Daljab untuk Jurusan Bahasa Arab Angkatan II 2020 hanya berjumlah 25 orang untuk LPTK Rayon UM. Para peserta berasal dari beragam pelosok Nusantara, antara lain berasal dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Saya adalah salah seorang dari 4 peserta lain yang berasal dari Banten.

PPG Daljab tahun ini kebetulan berbarengan dengan penyebaran pandemi Covid-19. Jadi, dilaksanakan penuh via daring dari mulai pembukaan hingga ujian akhir nanti, November 2020. Berbeda sekali dengan penyelenggaraan PPG Daljab tahun sebelumnya yang dilaksanakan dengan dua metode, yaitu daring dan tatap muka langsung di LPTK masing-masing. Metode daring yang diambil ini setelah melewati berbagai pertimbangan, terutama masalah kesehatan peserta dan penyelenggara, tentunya. Faktor kerumunan lokal, saya kira, yang menjadi alasan utamanya.  

Dengan Prof. Muhaiban, saya sama sekali tak pernah bertemu langsung, bertatap muka, bersalaman atau aktivitas sejenis lainnya di dunia nyata, layaknya mahasiswa dengan seorang dosennya; belajar secara konvensional, bertemu di kelas, bercakap-cakap dan bercengkrama atau sekadar bertemu di ruang dosen untuk keperluan tertentu. Intesitas tatap muka hanya terjadi dan berlangsung dalam web meeting daring (meeting zoom atau google meet); bisa tiga hari sekali melakukan pertemuan daring tersebut.

Intensitas pertemuan bersama beliau justru menjadi sering dan intensif, saban hari  (mulai Oktober), setelah ada pembagian kelompok. Saya dan bersama 7 orang lainnya menyatu dalam kelompok 3 dengan dosen pembimbingnya adalah beliau. Saya pribadi, entah yang lain, justru merasa "senang" mendapat pembimbing beliau. Dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, saya mengamati apa yang beliau ucapkan dan komentari tentang sebuah persoalan yang ditanyakan mahasiswa selalu mendapatkan jawaban yang memuaskan dari beliau; sangat detail dan sistematis ketika menjawab pertanyaan tersebut. Alasan ini yang kemudian menjadikan saya sangat senang dan tertarik menimba ilmu kepada beliau.

Sosok Prof. Muhaiban yang saya amati dari layar kaca, saat meeting daring, terlihat sudah menua (baca: sepuh) tapi masih kuat, semangat serta terlihat nyentrik. Lihat saja rambut putihnya dibiarkan memanjang (gondrong), layaknya mahasiswa baru era 90-an yang membiarkan rambutnya mulai gondrong. Beliau, tebakan saya, saat mudanya  termasuk kategori anak muda gaul yang mengerti mode pada zamannya. Soal kompetensi, baik pengetahuan dan keahlian dalam berbahasa Arab, tak seorang pun yang meragukannya. Cerdas dan mumpuni.

Hasil amatan saya (baca: kepo-in) melalui browsing di internet, beliau adalah salah seorang perintis IMLA (Ittihad Mudarris Lughah Arabiyah), sebuah organisasi persatuan para pengajar (dosen) bahasa Arab Indonesia dengan sepak terjangnya yang luar biasa di bidang bahasa Arab. Kesibukannya terlihat fokus dalam pengembangan bahasa Arab melalui pendidikan dan pelatihan. Beliau sering menjadi narasumber di sana-sini dalam kegiatan ini-itu, selain mengajar di pascasarjana UM.

Prof. Muhaiban dalam dua pekan terakhir sangat intensif membimbing kami dalam proses penyelesaian tugas yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran yang kami rancang, mulai dari RPP, bahan ajar, LKPD, alat evaluasi, media pembelajaran, pembuatan video pembelajaran daring, peer teaching, penelitian tindakan kelas, dan lain-lain. Arahan, petunjuk dan instruksi yang beliau peruntukkan untuk saya, khususnya, sangat detail dan komprehensif.

Satu hal yang tak luput dari amatan saya tentang beliau adalah sosok yang tepat waktu (on time). Beliau selalu hadir lebih awal menunggu kehadiran para mahasiswanya di web meeting secara on time. Biasanya, beliau juga selalu meminta kesepakatan kami, sebelumnya, mengenai waktu (akan) melakukan meeting. Apakah seperti biasa, dimajukan atau diundur waktunya.

Bagi seorang profesor, sebenarnya, punya kewenangan penuh menentukan waktu yang beliau inginkan tanpa harus meminta kesepakatan kami. Tapi itu tak dilakukannya terhadap kami, sebagai mahasiswanya. Saya melihatnya sebagai sebuah sikap demokratis dan bijaksana yang beliau contohkan, secara tidak langsung, kepada kami.

Hal lain yang bisa "dibaca" dari Prof. Muhaiban adalah beliau seorang pengajar (dosen) yang hebat. Beliau sangat mengerti teori dan praktik andragogi, memahami betul bagaimana cara mengajar orang dewasa. Penyampaian materinya sangat sistematis, jelas, detail serta komprehensif. Salah satu indikator kedetailannya adalah ketika beliau menemukan tulisan saya (dalam pengerjaan tugas) yang kurang hamzah atau kelebihan alif dalam sebuah kalimat (bahasa Arab) dan sejumlah temuan lainnya yang saya anggap kesalahan sepele tapi menurut beliau fatal. Prof. Muhaiban sangat luar biasa, saya salut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline