Lihat ke Halaman Asli

Ihwal Pesmol Gurame, Jauh dari Perdebatan Sains antara Ilmuwan dan Budayawan

Diperbarui: 6 Juni 2020   14:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto : Dokumentasi Pribadi

Siang ini, barusan, saya makan siang (Sunda: ngawadang). Meski sakit gigi, sudah dua hari gusi saya bengkak karena gigi berlubang, tapi lumayan porsinya banyak. Pasalnya, menu makan siang kali ini adalah pesmol ikan gurame, bikinan istri. Ikan tawar adalah makanan favorit saya, sejak kecil.

Ikan apapun, mulai dari betik (betok), paray, bogo (ikan gabus), lele, nila, mujair, mas, tawes, termasuk gurame, dan sejenisnya. Gurame, bagi saya adalah ikan istimewa, selain dagingnya yang tebal dan berbobot,  teksturnya juga tebal, pula rasanya yang khas.

Sakit gigi, kali ini, serasa tak berarti (baca: tetiba sembuh), karena pesmol gurame tersebut. Tak biasanya, istri saya memasak ikan, sangat jarang sekali, biasanya didominasi mengolah ayam, baik digoreng, disayur, dibalado dan sejenisnya.

Soal pembagian tugas di dapur, saya mendapat mandat menggoreng ikan, percaya atau tidak, saya sejak SD sudah bisa, kata lain dari ' jago', urusan goreng menggoreng. Hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah sejak kecil saya sudah mencari ikan sendiri; memancing ikan-ikan kecil di kali depan rumah atau 'ngurek' belut di sawah yang berada di belakang rumah saya.

Jika beruntung mendapatkan ikan atau belut, ibu saya yang menyianginya (membersihkan), dan saya yang menggorengnya sendiri. Dari situlah, kecakapan goreng menggoreng saya terlatih dan teruji tentang bagaimana menyiasati minyak goreng yang muncrat ke atas, ke pinggir dan arah lainnya  'menyerang' pelaku gorengnya.

Setelah beres digoreng, pekerjaan selanjutnya; membumbui, mengolah agar menjadi pesmol adalah tugas istri saya. Tugas utama saya 'menggoreng' sudah selesai. Tak lama kemudian, kira-kira 20 menit-an, menu pesmol ikan gurame telah siap untuk disantap. 

Ditemani Si Kecil, kami bertiga akhirnya merayakan ritual siang; makan siang bersama dengan lahap dan bersemangat hingga lupa berapa piring kami 'nambah' nasi.

Sabtu siang yang menggairahkan di tengah kebijakan perpanjangan PSBB, menginjak new normal. Masih tetap di rumah; belajar, bekerja dan beribadah. Lawan Covid-19 dengan Pesmol Gurame!

Kota Serang
Sabtu Siang, 6/6/2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline