Lihat ke Halaman Asli

Masalah Kemaritiman dengan JSS terlalu Dikaitkan

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kepada Yth Presiden Jokowi,

Memang perlu dikembangkan status kemaritiman di wilayah kepulauan Indonesia, tapi rencana JSS kan tetap dijalankan setelah 5 tahun pemerintahan jokowi habis.

Strategi Bapak jokowi perlu dipertanyakan dulu, karena secara logika dan fakta akan terjadi menyebabkan kekacauan besar para karyawan ferry Selat sunda bila terjadi pelaksanaan kesiapan JSS. Belum lagi pemerintah Indonesia ke depan harus mengeluarkan uang LAGI untuk memperbaiki yang biayanya cukup sangat mahal.

Contohnya pemerintah jokowi meminta peningkatan jumlah kapal2 ferry, kontainer, deep sea dll. Dermaga baru sudah dipersiapkan, jumlah ferry sangat banyak di selat sunda, kemudian jembatan Selat sunda selesai. Ke mana nanti kapal2 ferry? nanti bernasib seperti kebangkrutan ekonomi perkapalan ferry di selat madura. Besarnya biaya dikeluarkan, dan tidak luput masalah pengangguran para karyawan ferry karena banyaknya pengangguran dan tidak berfungsi perkapalan ferry.

Belum lagi, kelangsungan operasi perkapalan ferry bila dibandingkan dengan kelangsungan jembatan selat sunda. Justru perkapalan ferry lebih banyak memakan biaya terutama perawatan, perbaikan, pengajian, dan operasional. Biasanya terjadi tiap bulan maupun pertahun. Sedangkan jembatan JSS tidak memerlukan bnyak perbaikan tapi hanya diperiksa kekuatan struktur sekali pertahun. Tidak banyak memakan biaya besar terkecuali tiap 10 atau 20 tahun akan diadakan perbaikan besar seperti layaknya perbaikan terhadap jembatan umumnya.

Fungsi jembatan adalah menyambungkan pulau dan menunjang perekonomian nasional, itu sangat memungkinkan sekali. Terus kenapa sumatra dan jawa dikotak kotak dengan perbedaan sama wilayah timur? Jangan begitu.

Jika pulau pulau di wilayah timur maupun kalimantan sulawesi, dapat dibangun jembatan. Tetapi secara geografik ekonomi di beberapa pulau yang rendah populasi. Jembatan tentu BELUM diperlukan, yang sangat ideal yang cukup dinikmati pelayanan adalah perkapalan ferry.

Sumatra dan jawa adalah potensi sangat besar sekali ekonomi dalam kepadatan pendudukan melebihi daripada populasi pulau pulau lainnya. Belum lagi ancaman akan datang dari luar adalah malaysia, malaysia sedang mempersiapkan konsep membangun jembatan malaka sehingga dapat mengancam perekonomian sumatra dan kedaulatan Indonesia. Karena sangat lemahnya potensi persaingan lokal di sumatra terhadap malaysia. Tapi masih bisa diladeni oleh JSS dan perkapalan ferry.

Menurut pendapat terbaik, bila JSS difungsikan optimal, tentu banyak dipermudahkan yaitu menyambungkan ke dua pulau besar sebagai pusat ekonomi terbesar yang populasi terbanyak di Indonesia. Jadi bagaimana kepulauan lain di wilayah utara dan timur? sebagian besar populasi sedikit, tapi laut di antara ada dangkal, jadi pembangunan jembatan mudah dipercepatkan dan murah biaya. Contohnya sepanjang dari bali ke nusa tenggara timur, maupun sekitar maluku ke papua atau sulawesi.. harus dicek ketinggian dangkal laut.

Jadi jembatan pada semua siap, semua terintegrasi dengan kebutuhan perkenalan kebudayaan dan ekonomi. tidak harus lewat kapal yang membelah laut. Nah tinggal kapal deep sea sangat diperlukan untuk pengeksporan di tiap pulau.

Hanya saja pelabuhan maupun dermaga harus betul2 efektif jangan berjumlah banyak, karena jumlah terlalu banyak sangat berpotensi penyelundupan barang maupun kriminal. Itu di situ masih banyak kelemahan sektor pengawasan karena dermaga/pelabuhan itu ada tokoh yang bisa menerima sogokan/penyuapan untuk kepentingan barat atau mafia. Karena bila mafia ada, tinggal mafia mempowerkan birokasi pelabuhan/dermaga untuk kepentingan bisnis dan negaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline