Lihat ke Halaman Asli

Eko Nurhuda

TERVERIFIKASI

Pekerja Serabutan

Belajar Sportif dan Berjiwa Ksatria dari Graham Arnold

Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FOTO: via Optus Sport

Ketika Graham Arnold mengundurkan diri bulan lalu, netizen dan media Indonesia ramai-ramai menepuk dada. Semuanya menyebut pelatih Australia tersebut sebagai korban kedigdayaan timnas, sehingga lupa ada pelajaran sangat berharga yang dapat dipetik.

Sedikit mengilas balik, Arnold mundur dari jabatannya pada 20 September lalu. Keputusan tersebut diambil seturut rentetan hasil buruk Australia dalam dua partai awal Putaran Ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Kampanye The Socceroos diawali kekalahan 0-1 dari Bahrain di kandang sendiri, 10 September. Lalu disusul hasil imbang tanpa gol kala meladeni Indonesia di Jakarta pada matchday berikutnya lima hari berselang.

Karena keputusan Arnold diumumkan tak lama setelah hasil imbang 0-0 melawan Indonesia, tak pelak kejadian ini pun digoreng sedemikian rupa. Sejumlah akun media sosial bahkan media arus utama mengabarkan mundurnya pelatih Australia tersebut secara hiperbolik.

Muncullah beberapa malinformasi yang semuanya bertema sama. Timnas yang semakin hebat menyebabkan lawan-lawan kewalahan, sampai-sampai pelatihnya mengundurkan diri. Harapan lolos ke Piala Dunia pun melambung tanpa kendali.

Padahal, kalau kita pandai mendudukkan segala sesuatu pada tempatnya, yang ramai mendapat puja-puji seharusnya justru keputusan Arnold. Tak cuma memuji, kita wajib belajar dan bahkan menirunya.

Sosok Bertanggung Jawab

Dibebani target lolos ke Piala Dunia 2026, Australia harus tancap gas sejak awal-awal Putaran Ketiga. Satu misi yang seharusnya tidak terlalu sulit diemban karena Arnold lumayan terbantu oleh jadwal pertandingan.

Ya, partai perdana Australia berlangsung di kandang, di hadapan suporter sendiri. Lawannya pun tim berperingkat jauh di bawah, yakni Bahrain yang menduduki rangking 76 FIFA.

Seakan belum cukup, lawan di matchday kedua adalah Indonesia yang merupakan tim terlemah Grup C. Sekalipun harus away ke Jakarta, di atas kertas Australia tetap lebih diunggulkan.

Menilik rekor pertemuan, selisih peringkat, komposisi skuat, serta profil pelatih lawan, dua partai tersebut mustinya dapat dimenangkan Australia. Namun yang kemudian terjadi seperti yang sudah kita ketahui bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline