MENONTON pertandingan final Piala AFF U16 2022 antara timnas Indonesia melawan Vietnam, dada saya selalu berdebar-debar. Lebih-lebih ketika lawan semakin meningkatkan serangan pada akhir pertandingan. Syukurlah, kemenangan itu sukses dipertahankan. Gelar juara pun berhasil direngkuh.
Ini kali kedua timnas Indonesia U16 menjuarai Piala AFF. Gelar pertama diraih pada edisi 2018, baru berjarak 5 tahun lalu. Mengindikasikan bahwa negara ini sebetulnya selalu mempunyai bibit-bibit pesepak bola andal nan melimpah.
Dilihat dari segi permainan, Iqbal Gwijangge, dkk. boleh dibilang tim terbaik di turnamen kali ini. Mereka memang layak menjadi juara jika menilik pada torehan yang dicatatkan sepanjang turnamen.
Coba kita kilas balik kembali kiprah adik-adik tercinta ini. Timnas U16 tampil bagus sejak fase grup. Mereka memenangi seluruh 3 pertandingan Grup A, diawali dengan kemenangan 2-0 atas Filipina di partai pertama.
Memang skornya hanya 2-0, tetapi yang dikalahkan Filipina. Lawan satu ini boleh dibilang merupakan tim paling berkembang di Asia Tenggara dalam tahun-tahun belakangan. Perlahan tapi pasti, Pinoy meninggalkan zona bawah ASEAN yang sempat mereka huni bersama-sama Brunei Darussalam, Laos, Kamboja dan Timor Leste.
Yang paling mencuri perhatian adalah kemenangan telak 9-0 atas Singapura, di mana separuh pemain Indonesia di lapangan mencetak gol dan Nabil Asyura menorehkan hattrick. Lalu disusul aksi comeback mengesankan saat menghabisi Vietnam 2-1.
Tiga kali menang, mencetak 13 gol, dan hanya kebobolan sekali. Itulah catatan ciamik yang menjadikan Indonesia U16 sebagai pemuncak grup terbaik. Tim tersubur, sekaligus paling sedikit kebobolan, serta selalu menang.
Tekanan Mental?
Akan tetapi sempat terjadi setback di semifinal. Menghadapi Myanmar yang di atas kertas levelnya setingkat di bawah, permainan awak timnas Indonesia U16 justru tampak menurun. Sungguh sangat di luar perkiraan.
Mulanya saya memprediksi Iqbal, dkk. bakal menang mudah atas Myanmar. Skor akhir setidaknya 2-0 untuk Indonesia. Namun ternyata kenyataannya tidak demikian.
Alih-alih menang, para pemain Indonesia U16 malah sering sekali melakukan kesalahan mendasar di hadapan Myanmar. Mereka tidak bermain selepas sebelum-sebelumnya. Agak berantakan kalau boleh jujur.
Saya menebak, bisa jadi penyebab utama kemunduran itu adalah rasa gugup yang tiba-tiba menyergap. Biar bagaimanapun, semifinal adalah pintu gerbang menuju partai final. Sedangkan laga pamungkas sendiri merupakan penentu gelar juara.