Lihat ke Halaman Asli

Eko Nurhuda

TERVERIFIKASI

Pekerja Serabutan

Apa Jadinya Jika Sepak Bola Tanpa Adu Penalti?

Diperbarui: 2 Juli 2022   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiper Boca Juniors, Navarro Montoya, menggagalkan penalti di Supercoppa Libertadores 1994. FOTO: Wikipedia

INDONESIA meraih medali perunggu SEA Games 2021 yang baru lalu berkat adu penalti. Meski sempat dibuat ketar-ketir karena eksekusi pertama oleh Asnawi Mangkualam membentur mistar gawang, timnas kesayangan kita pulang membawa medali karena empat penendang lain sukses mengemban tugas.

Mundur lebih jauh ke tahun sebelumnya, partai final Euro 2020 (diselenggarakan pada 2021) juga musti dipungkasi dengan adu tendangan penalti. Inggris yang memimpin duluan lewat gol cepat Luke Shaw (menit 2), harus memeras keringat lebih banyak karena Leonardo Bonucci menyamakan kedudukan pada menit ke-67.

Pertandingan berakhir imbang 1-1 setelah 90 menit waktu normal. Papan skor masih tetap sama setelah babak tambahan 2 x 15 menit digelar. Apa boleh buat, pemenang musti ditentukan lewat tos-tosan dari titik 16 meter.

Andrea Bellotti dan Jorginho dari kubu Italia memang gagal melesakkan bola ke dalam gawang. Namun kegagalan di pihak Inggris lebih banyak lagi. Tiga pemain muda Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka yang  tiga eksekutor terakhir The Three Lions sama-sama gagal.

Trofi Euro 2020 dimenangkan Italia dengan skor 3-2 dalam adu penalti. It's coming Rome.

Terhitung Aturan Baru

Semakin ke sini, semakin banyak pertandingan menentukan dalam turnamen sepak bola yang harus berakhir dengan adu penalti. Final Liga Champions Eropa, contohnya. Belakangan lebih sering menampilkan skor tipis, lalu tak sedikit pula yang pemenangnya ditentukan lewat babak tos-tosan.

Menariknya, adu penalti sebetulnya terhitung peraturan baru dalam dunia sepak bola. Baru sejak 1970 metoda penentu kemenangan yang satu ini disepakati oleh International Football Association Board (IFAB).

Laws of the Game direvisi, di mana undian koin dihapuskan dari salah satu cara menentukan pemenang. Sejak itu pula baru FIFA menerapkan aturan adu penalti dalam pertandingan-pertandingan resmi setelahnya.

Ini menjadi menarik, sebab sepak bola secara resmi sudah ditandingkan sejak 30 November 1872, yakni ketika Inggris melawat ke Glasgow untuk menghadapi Skotlandia. Laga yang digelar di Hamilton Crescent inilah yang diakui secara resmi oleh FIFA sebagai pertandingan sepak bola pertama dalam sejarah.

Partai ini sendiri dipromosikan sebagai pertandingan yang menggunakan aturan-aturan asosiasi, maksudnya IFAB sebagai pencetus peraturan sepak bola modern. Penonton yang masuk dengan membayar tiket sebesar 1 shilling, harus puas mendapatkan hasil imbang 0-0.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline