Lihat ke Halaman Asli

Yang Lalu, Biar Berlalu

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh drh Chaidir

NOVELIS Cekoslovakia Milan Kundera menulis, tugas manusia adalah menghimpun sejumlah kenangan yang bisa disebut dengan manis pada masa mendatang. Milan Kundera agaknya ingin mengajak pembacanya untuk tidak tenggelam dalam lembaran-lembaran kelam masa silam.

Milan Kundera benar. Yang lalu biarlah berlalu. Lupakan yang pahit agar kening tak berkerut. Namun orang bijak mengingatkan, pelajarilah masa silam agar tidak tergelincir di masa depan. Mempelajari masa silam tentu tidak hanya yang indah-indah semata, kesalahan-kesalahan yang diperbuat di masa silam sangat penting untuk disiasati agar kesalahan yang sama tak terulang lagi di masa depan. Keledai saja tak mau terperosok ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Setuju atau tidak setuju, tahun 2011 yang baru saja berlalu telah meninggalkan banyak catatan untuk dilihat dan dikenang dalam suka dan duka. Berapa banyak pengantin baru misalnya yang mengikat janji ditanggal 1-1-2011, 11-1-2011, 1-11-2011 dan puncaknya terjadi pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011. Di lembaran lain, bilamana catatan itu dilihat dalam perspektif iktibar, kita tak perlu malu untuk menyebut tahun 2011 sesungguhnya telah meninggalkan banyak catatan kelabu. Catatan yang sangat menonjol adalah peristiwa politik dan hukum. Politisasi kehidupan masyarakat dalam segala aspek terasa sangat berlebihan. Yang tumbuh dengan subur adalah hukum politik, bukan politik hukum. Dengan demikian yang dikedepankan adalah kepentingan. Who gets what, how and when. Persis seperti ungkapan pakar politik Laswell, bahwa politik itu siapa memperoleh apa, bagaimana dan kapan. Output keadaan ini terlihat dari semakin merajalelanya mafia hukum, mafia kasus, mafia anggaran, mafia proyek. Korupsi merajalela. Banyak musang berbulu ayam, banyak pula pagar makan tanaman. Dulu, hanya petinggi-petinggi yang diduga memiliki rekening jumbo alias rekening gendut, kini bahkan PNS-PNS muda pun memiliki rekening gendut.

Tingkat kepercayaan sosial masyarakat berada pada titik nadir. Idealnya, pemerintah dan politisi wakil rakyat memperjuangkan kepentingan rakyat, tetapi semua itu hanya pada tataran ideal, pada tataran das solen, realitanya tidaklah demikian. Das sein, jauh panggang dari api. Yang lebih memprihatinkan, tugas-tugas publik yang tak diurus dengan benar telah menimbulkan ketidakpuasan sistemik, menggoyahkan sendi-sendi persaudaraan di tengah masyarakat, bahkan menimbulkan perasaan antipati publik. Manifestasinya macam-macam seperti fanatisme sempit, konflik horizontal, bahkan suburnya bibit radikalisme.

Tahun 2011 telah memasuki bilik sejarah dan tidur abadi. Seindah apapun lukisan tinta emas yang tergores, masa depan tetaplah jauh lebih penting. Kita hidup bukan untuk masa silam, tetapi untuk hari ini dan masa depan. Mari kembali kepangkal jalan. Yang lalu biarlah berlalu. Let bygones be bygones.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline